Kepala OCHA Peringatkan Kemungkinan Pengungsi Gaza Bisa Melimpah ke Mesir

Lebih dari satu juta pengungsi Gaza berdesak-desakan di Rafah.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
A Palestinian family displaced from Rafah sits outside their shelter in Deir Al Balah, southern Gaza Strip, 14 February 2024. More than 28,500 Palestinians and over 1,300 Israelis have been killed, according to the Palestinian Health Ministry and the Israel Defense Forces (IDF), since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October 2023, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Rep: Lintar Satria  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Martin Griffiths mengatakan bila Israel menggelar operasi militer ke Rafah maka ada kemungkinan pengungsi Palestina terpaksa menyeberang ke Mesir. Lebih dari satu juta pengungsi Gaza berdesak-desakan di kota perbatasan Jalur Gaza-Mesir itu.

Baca Juga


Banyak yang hidup di tenda dan tempat tinggal sementara setelah melarikan diri dari pengeboman di tempat lain di Gaza. Militer Israel mengatakan mereka ingin menumpas Hamas di dalam Rafah dan membebaskan sandera yang ditawan di sana. Tapi tidak memberikan rencana untuk mengevakuasi warga sipil.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ditekan masyarakat internasional untuk tidak menindaklanjuti rencana tersebut. Ia tidak belum mengungkapkan serangan ke Rafah akan digelar.

"Kemungkinan operasi militer di Rafah, dengan kemungkinan penyeberangan (perbatasan) ditutup, dengan kemungkinan limpahan,  semacam mimpi buruk Mesir adalah salah satu yang ada di depan mata kita," kata  Griffiths kepada para diplomat PBB di Jenewa, Kamis (15/2/2024).

Ia mengatakan anggapan warga Gaza dapat mengungsi ke tempat yang aman adalah sebuah "ilusi".

"Kita semua harus berharap teman-teman Israel dan mereka yang peduli dengan keamanan Israel memberikan nasihat yang baik kepada mereka pada saat ini," kata Griffiths.

PBB mengatakan serangan Israel ke Rafah dapat "menyebabkan pembantaian".

Berbicara pada pertemuan yang sama dengan Griffiths,  kepala Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Mirjana Spoljaric mengatakan tidak adanya rencana evakuasi yang jelas, termasuk untuk orang sakit dan orang tua, akan membawa penderitaan ke tingkat yang baru.

"Penderitaan di kedua belah pihak, pembantaian yang kita saksikan sejak tanggal 7 Oktober akan mencapai tingkat yang tak terbayangkan jika operasi di Rafah diintensifkan seperti yang telah diumumkan," kata Spoljaric.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler