Stok Beras Katanya Cukup, Tapi Kok Mahal?
Harga beras medium rata-rata Rp 14 ribu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik harga beras bagai lingkaran setan yang tidak pernah ada ujungnya. Harga mahal disebut karena pasokan turun disebabkan El Nino yang mengganggu proses produksi, tapi di sisi lain pemerintah sebut stoknya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menegaskan bahwa BULOG memiliki ketersediaan stok beras yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya menjelang bulan puasa dan lebaran.
Dirinya menekankan, BULOG saat ini secara rutin menggelontorkan beras ke berbagai saluran distribusi baik untuk Program Bantuan Pangan Beras maupun Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, selain menyalurkan Bantuan Pangan Beras alokasi Februari dan persiapan alokasi Maret, Bulog terus mendorong distribusi beras ke berbagai saluran yang diantaranya ke Pasar Induk beras Cipinang, pasar tradisional bahkan ke outlet-outlet retail modern. Jadi, retail modern pun sudah mulai terpenuhi dalam seminggu terakhir ini sehingga masyarakat tidak perlu kesulitan dalam mencari beras," tegasnya, Senin (19/2/2024).
Menyikapi kondisi perberasan nasional saat ini, Presiden Joko Widodo yang hadir langsung dalam kegiatan penyaluran Bantuan Pangan beras di Kota Tangerang Selatan hari ini Senin (19/02) menegaskan bahwa program Bantuan Pangan beras ini merupakan salah satu solusi dalam menghadapi situasi perberasan yang saat ini tengah mengalami fluktuasi harga.
Lebih lanjut, Presiden menjelaskan bahwa kenaikan harga ini dipicu kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana Elnino di seluruh dunia. Sehingga hal ini berdampak pada kenaikan harga karena jumlah produksi menurun sementara kebutuhan konsumsi masyarakat cenderung tetap atau bahkan mengalami peningkatan.
“Bapak Ibu sekalian, kenapa pemerintah memberikan beras 10kg setiap bulan kepada masyarakat? Karena harga beras di seluruh dunia saat ini mengalami kenaikan harga, tidak hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim, perubahan cuaca, sehingga banyak yang gagal panen padahal yang makan tetap, produksinya berkurang, sehingga harganya menjadi naik. Dan pemerintah memberikan bantuan beras ini agar meringankan Bapak Ibu semuanya", jelas Presiden.
Di Kota Yogyakarta...
Di Kota Yogyakarta, Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta mengakui bahwa salah satu penyebab kenaikan tersebut dikarenakan stok yang menurun.
"Kalau penyebab kenaikan harga beras salah satunya karena stok menurun akibat masa panen yang mundur waktunya," kata Kepala Bidang Ketersediaan, Pengawas, dan Pengendalian Perdagangan Disdag Kota Yogyakarta, Sri Riswanti kepada Republika, Senin (19/2/2024).
Riswanti menuturkan bahwa biasanya tiap Februari di beberapa tempat sudah ada panen raya. Namun, saat ini belum terjadi panen raya dan diperkirakan baru panen mulai Maret nanti.
"Hal tersebut (belum panen raya) akibat cuaca atau faktor curah hujan," ucap Riswanti.
Disampaikan Riswanti pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap harga beras di pasaran maupun di toko ritel, seperti yang dilakukan di Beringharjo pada Senin ini. Dikatakan bahwa berdasarkan pantauan untuk harga beras premium mencapai Rp 15 ribu per kilogram.
Sedangkan, untuk harga beras medium mencapai Rp 14 ribu per kilogram. Harga ini sudah sedikit turun dari sebelumnya yang bahkan mencapai Rp 16 ribu per kilogram.
Riswanti menyebut bahwa untuk Kota Yogyakarta terbantu dengan adanya pasokan beras SPHP dari Bulog yang setiap pasar didistribusikan 10 ton seminggu sekali. Distribusi beras SPHP ini di Beringharjo, Demangan, Prawirotaman, Kranggan, Sentul, Giwangan, dan Serangan.
"SPHP dijual Rp 54.500 per isian lima kilogram. Jadi beras tersebut menyeimbangkan dan menjadi pilihan bagi masyarakat," jelasnya.
Satu-satunya obat yang dipunya pemerintah kalau sudah begini adalah operasi pasar, dan evaluasi berulang. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya mengendalikan harga kebutuhan pokok bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Surabaya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti menjelaskan, langkah yang telah diambil di antaranya menggencarkan monitoring harga komoditas pangan di pasar dan menjalin kerja sama dengan daerah penghasil bahan pangan.
"Kita juga membuat Kios TPID untuk menjual beras sesuai HET serta melakukan operasi pasar. Selain itu, kita juga melakukan Gerakan Pasar Murah dan melakukan Gerakan Tanam Bersama untuk tanaman cepat panen," kata Antiek, Senin (19/2/2024).
Antiek mengakui, kenaikan harga bahan pokok terutama beras, telah terjadi sejak akhir Oktober 2023. Hal ini dikarenakan musim kemarau berkepanjangan sebagai dampak El-Nino dan juga adanya Hari Besar Keagamaan Nasional serta tahun baru. "Jadi, sejak akhir Oktober 2023 harga beras sudah mulai naik," ujarnya.
Untuk mengendalikan harga bahan pokok yang terus melambung tersebut, Pemkot Surabaya mengoptimalkan Gerakan Pasar Murah yang digelar dua kali dalam satu pekan. Pasar murah tersebut lokasinya berada di balai RW atau pendopo kelurahan dan kecamatan.
"Selain itu, kita juga mengadakan kegiatan Gerakan Pangan Murah setiap sebulan sekali berlokasi di daerah padat penduduk yang menjual komoditas dengan harga di bawah harga pasar dan penyaluran beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) ke kios-kios TPID," ucapnya.
Di samping itu, Pemkot Surabaya juga berkoordinasi dengan distributor atau produsen bahan pokok agar tidak melakukan penimbunan. "Kami juga meminta mereka agar menjual bahan pokok dengan harga normal atau sesuai ketentuan," kata dia.
Antiek melanjutkan, sebagai langkah jangka pendek dalam mengendalikan harga bahan pokok terutama beras, Pemkot Surabaya akan berkoordinasi dengan Bulog. Ini diharapkan agar Bulog secara rutin mendistribusikan beras, khususnya SPHP ke pasar-pasar dan kios TPID.
"Sedangkan untuk jangka panjang, Pemkot Surabaya akan menambah kerja sama antar daerah untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok di Kota Surabaya," ujarnya.
Antiek juga mengimbau kepada masyarakat agar membeli komoditas pangan dengan bijak. Yakni, membeli dengan jumlah yang wajar sesuai kebutuhan. "Juga mengkonsumsi bahan pangan pokok alternatif yang mudah didapatkan, dan tidak boros pangan," ucapnya.