Rusia: AS tak Punya Pengaruh Nyata Terhadap Israel

Upaya diplomatik AS terhadap penyelesaian konflik Israel-Palestina dinilai sia-sia.

AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina menyaksikan kehancuran akibat serangan Israel di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 12 Februari 2024.
Rep: Kamran Dikarma Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan, upaya diplomatik Amerika Serikat (AS) terhadap penyelesaian konflik Israel-Palestina sia-sia. Menurutnya, Washington pun tak bisa memberikan tekanan nyata pada Israel.

"Upaya diplomasi yang dilakukan Washington dengan alasan yang terus-menerus diulangi oleh rekan-rekan Amerika kami, tidak membuahkan hasil sejauh ini. Jelas bahwa Washington tidak memiliki pengaruh nyata terhadap Pemerintah Israel," kata Nebenzia, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Kamis (22/2/2024).
 
Nebenzia mengungkapkan, sejauh ini Israel masih teguh melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza. Selain itu, Tel Avivi pun terus menyerukan agar negara-negara menarik dukungannya terhadap Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Baca Juga


Hal itu menyusul dugaan keterlibatan sejumlah staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu. UNRWA adalah badan utama yang menyediakan kebutuhan esensial bagi jutaan pengungsi Palestina.

Sebelumnya, Nebenzia telah mengkritik tajam langkah AS yang kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang seruan gencatan senjata di Jalur Gaza. Dia menilai, Washington terus memberikan izin membunuh kepada Israel.

"Aljazair menyelenggarakan diskusi dengan iktikad baik untuk menghasilkan rancangan resolusi, namun AS pada dasarnya mengeluarkan ultimatum, dengan menyatakan rancangan tersebut berbahaya karena akan menghambat pembicaraan yang sedang berlangsung," kata Nebenzia, Selasa (20/2/2024), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Aljazair adalah pihak yang menyusun rancangan resolusi terbaru tentang seruan gencatan senjata di Gaza. Pembicaraan yang disinggung Nebenzia dalam pernyataannya adalah terkait negosiasi gencatan senjata Israel-Hamas yang dimediasi AS, Qatar, dan Mesir. Dia mengisyaratkan dukungan Rusia terhadap gencatan senjata di Gaza.

"Opini publik tidak akan lagi memaafkan Dewan Keamanan jika tidak bertindak," ujarnya.

AS, pada Selasa lalu, kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut pemberlakuan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan, sebanyak 13 negara telah mendukung resolusi yang dirancang Aljazair tersebut. Sementara Inggris memilih abstain.

“Pemungutan suara yang mendukung rancangan resolusi ini merupakan dukungan terhadap hak hidup rakyat Palestina. Sebaliknya, memberikan suara yang menentangnya berarti mendukung kekerasan brutal dan hukuman kolektif yang menimpa mereka,” kata Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama sebelum pemungutan suara di Dewan Keamanan dimulai, dikutip laman Al Arabiya.

Rancangan resolusi yang disusun Aljaair menentang pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina di Gaza. Selain itu, resolusi turut menuntut Hamas agar membebaskan semua orang yang masih mereka sandera. Namun serupa dengan beberapa rancangan resolusi yang pernah diveto AS sebelumnya, draf resolusi Aljazair tidak mengutuk serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Sejauh ini lebih dari 29 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler