Screen Time Curi Interaksi Pembentukan Bahasa Balita dengan Orang Tua 

Screen time dapat mengurangi rata-rata 1.100 kata dewasa.

Freepik
Screen time pada anak (iustrasi).
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut penelitian baru, para orang tua telah diperingatkan bahwa mengalihkan perhatian anak-anak dengan gawai dan menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar (screen time) dapat menyebabkan mereka belajar lebih sedikit kata. Penelitian ini melibatkan lebih dari 200 keluarga Australia. Keluarga-keluarga itu dilacak selama dua setengah tahun dengan balita yang dilengkapi dengan perangkat untuk merekam audio selama 16 jam sehari di rumah keluarga. 

Baca Juga


Ketika tim dari Telethon Kids institute mengamati 7.000 jam audio, mereka menemukan bahwa balita dalam penelitian ini rata-rata menghabiskan waktu di depan layar selama tiga jam sehari, dan kehilangan pembelajaran dengan cepat bertambah. 

“Untuk anak-anak berusia tiga tahun dalam penelitian kami, kami menunjukkan bahwa selama satu menit waktu menatap layar, mereka mendengar tujuh kata-kata orang dewasa lebih sedikit, dan mereka terlibat dalam satu percakapan lebih sedikit setiap hari,” kata petugas peneliti senior Mary Busher, dilansir ABC News, Selasa (5/3/2024). 

Menurut temuan yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association Pediatrics, screen time dapat mengurangi rata-rata 1.100 kata dewasa, 840 vokalisasi, dan 194 percakapan sehari pada anak usia tiga tahun. 

“Apa yang kami ketahui dari penelitian sebelumnya adalah semakin banyak kata dan percakapan adalah semakin banyak kata dan percakapan yang dapat dilakukan anak-anak, semakin baik pula perkembangan bahasa awal mereka, dan karena itu kami ingin melihat angka tersebut setinggi mungkin,” kata Dr Brushe. 

Rata-rata anak mendengar antara 5.000 dan 35.000 kata setiap hari, yang berarti arti dari kata-kata yang hilang tersebut dapat bervariasi. Para peneliti tidak mengaitkan hilangnya kemampuan belajar dengan keterlambatan bicara yang berdampak pada seperempat siswa Australia yang mulai masuk sekolah dasar. 

Para peneliti memperingatkan orang tua untuk mewaspadai technoference. Itu adalah sebuah istilah untuk layar dan perangkat yang menghalangi percakapan yang membantu anak-anak mengembangkan serangkaian keterampilan pendidikan utama.

“Jika ada, kita mungkin meremehkan seberapa banyak penggunaan layar, dan technoference terkait, yang terjadi di sekitar anak-anak karena kita belum bisa menangkap aktivitas orang tua yang berhubungan dengan layar diam, seperti membaca email, mengirim SMS, atau diam-diam. menelusuri situs web atau media sosial," kata Dr Brushe.

Ada beberapa kelemahan....

 

 

 

Mendengar lebih sedikit kata mungkin tidak menyebabkan masalah literasi jangka panjang

Michael Noetel, dosen senior di University of Queensland yang membantu meninjau penelitian tentang screen time, mengatakan makalah Dr Brushe adalah penelitian kuat yang mengukur screen time secara objektif. Namun, Dr Noetel mengatakan ada beberapa kelemahan dan tidak jelas apakah mendengar lebih sedikit kata akan menyebabkan masalah literasi di kemudian hari. 

“Kami tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa mendengar lebih sedikit kata berdampak buruk bagi kemampuan baca tulis dan perkembangan anak dalam jangka panjang,” kata Dr Noetel. 

Menurut dia, asumsinya adalah dengan mendengar lebih sedikit kata, anak-anak akan mengalami perkembangan yang lebih lambat dan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa hal tersebut penting. Tetapi jika Anda memenuhi pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maka anak-anak dalam penelitian ini mendengar empat persen lebih sedikit kata dibandingkan anak-anak lainnya. 

“Kami tidak begitu yakin hal ini akan menyebabkan penurunan literasi secara signifikan seiring berjalannya waktu,” ujar Dr Noetel. 

WHO merekomendasikan untuk membatasi waktu menatap layar hingga satu jam per hari untuk anak berusia tiga tahun. Di Australia, pedoman menyarankan anak di bawah usia dua tahun tidak boleh menatap layar, lalu membatasinya menjadi satu jam per hari hingga mereka berusia lima tahun.

Dr Noetel mengatakan waktu menatap layar sebaiknya didekati dengan cara yang sama seperti makanan, yaitu orang tua membatasi waktu menonton yang "buruk" dan memilih waktu menonton yang lebih mendidik.

“Beberapa layar melakukan hal yang berbeda dari yang lain,” katanya. 

Dia mengatakan menonton TV secara pasif sepertinya tidak baik untuk perkembangan atau kesehatan anak-anak, namun ada hal lain yang tampaknya mempunyai efek-efek berbeda. “Hal-hal seperti aplikasi pendidikan memang membantu anak-anak belajar, ” ujarnya. 

Dr Noetel menuturkan penelitian ini memperkuat kebutuhan untuk berbicara dengan anak-anak di semua titik sepanjang hari, terutama pada tahun-tahun awal.

 

“Ketika anak-anak aktif dan sadar serta memperhatikan dunia, semakin banyak kita berbicara dengan mereka, semakin cepat mereka belajar dan semakin baik mereka menangani semua hal sulit dalam hidup,” ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler