Kapan Pasar EV di Indonesia Seperti China? Ini Gambaran dari Bos BYD

BYD yakin tren penetrasi EV di Indonesia akan meningkat.

Dok Republika
Mobil listrik BYD dipamerkan dalam Indonesian International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2/2024). Pameran otomotif IIMS 2024 yang berlangsung 15-25 Pebruari itu diikuti 53 merek kendaraan dan 187 peserta dari berbagai sektor dengan target transaksi mencapai Rp5,3 triliun. 
Rep: Mansyur Faqih Red: Friska Yolandha

Laporan langsung jurnalis Republika, Mansyur Faqih, dari Shenzen, China

Baca Juga


REPUBLIKA.CO.ID, SHENZHEN -- China telah menjadi salah satu negara dengan populasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang cukup tinggi di dunia saat ini. Jika melihat jalanan di Negeri Tirai Bambu, maka akan EV akan dengan mudah terlihat. Bahkan, transportasi publik sudah didominasi oleh mobil bertenaga listrik.  

Managing Director PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, menjelaskan, saat ini, rasio penetrasi mobil listrik di China sekitar 35,7 persen. "Artinya, setiap 100 mobil baru yang dijual di China saat ini, sekitar 35 di antaranya merupakan mobil listrik," kata dia di kantor pusat BYD di Shenzhen, Rabu (6/3/2024). 

Saat ini, kata dia, semakin banyak warga China yang menjadikan EV sebagai pilihan kendaraan utama. Tidak seperti beberapa tahun lalu, yaitu ketika masih banyak orang China yang khawatir untuk menggunakan mobil listrik. 

Karenanya, EV masih sebatas menjadi mobil kedua atau ketiga. Atau hanya sebatas alat untuk yang dipajang di garasi untuk menunjukkan bahwa seseorang mengikuti perkembangan zaman. 

"Kondisi EV di China beberapa tahun lalu juga sama seperti di Indonesia saat ini. Banyak orang yang takut untuk menggunakan EV. Tapi sekarang, semakin banyak orang yang mau menggunakan EV sebagai kendaraan utama sehari-hari," kata Eagle. 

Menurut dia, China membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kondisi seperti saat ini. China membutuhkan waktu setidaknya tujuh tahun untuk menginisiasi EV dari nol hingga mencapai rasio penetrasi satu persen. 

"Saat BYD memulai bisnis EV pada 2010, kita butuh waktu tujuh tahun hanya untuk mencapai satu persen," ungkap dia.

Selanjutnya, dari satu persen menuju lima persen membutuhkan waktu tiga tahun. Serta tambahan tiga tahun lagi untuk menuju tingkat penetrasi 35 persen. "Kemudian di Thailand lebih cepat lagi, hanya membutuhkan waktu satu tahun, yaitu dari 2022-2023 untuk naik dari dua hingga 11 persen," jelas dia. 

Bagaimana dengan Indonesia?

 

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Eagle yakin bahwa tren peningkatan penetrasi EV juga akan terjadi di Tanah Air. "Apalagi, saat ini pasar EV Indonesia sudah menembus angka lebih dari satu persen dari penjualan mobil pada tahun lalu," tambah Eagle. 

Untuk mendukung hal itu, BYD pun siap untuk meningkatkan bisnisnya di pasar domestik Indonesia. Tak hanya dengan menawarkan mobil penumpang, namun juga untuk transportasi publik. Misalnya saja, untuk bus dan taksi. 

Eagle menjelaskan, saat ini populasi bus BYD di Indonesia sekitar 65 unit. Sekitar 50 di antaranya merupakan bagian dari armada Transjakarta dan 15 sisanya tersebar di luar Jakarta. 

"Kerja sama BYD dengan Bluebird juga akan diperbesar dan armada untuk mobil bertenaga listrik akan semakin diperbanyak, tidak hanya di Jakarta," ungkap Eagle. 

Dia pun berharap, BYD dapat ikut berkontribusi untuk membuat kondisi lingkungan di Indonesia menjadi lebih baik. Seperti yang terjadi di Shenzhen yang menjadi kota dengan kualitas udara terbaik dari empat kota besar di China. 

 

"Lima tahun lalu, transportasi publik Shenzhen sudah full electric, termasuk 18 ribu bus dan 12 ribu taksi. Saat ini, sudah tidak ada bus dan taksi pembakaran internal," ungkap Eagle. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler