Hari Perempuan: 9.000 Wanita Palestina Syahid, 60 Ribu Ibu Hamil Alami Malanutrisi
Hari Wanita Internasional diperingati tiap 8 Maret.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Penjabat Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada Kamis (7/3/2024) mengatakan bahwa wanita Palestina mengalami hari-hari paling kelam dalam sejarah perjalanan bangsa tersebut. Itu terjadi pada saat dunia memperingati Hari Perempuan Internasional.
"Perempuan Palestina saat ini berduka atas kehilangan orang-orang yang mereka kasihi, dibunuh, diusir dan dunia menyaksikan perampasan atas hak-hak paling dasar manusia," kata Shtayyeh dalam sebuah pernyataan untuk memperingati Hari Wanita Internasional yang jatuh pada 8 Maret.
"Kami ingin mengingatkan para perayaan peringatan ini di seluruh dunia dan mereka yang memuji hak-hak perempuan bahwa di Palestina, bahwa terdapat 9.000 perempuan yang menjadi korban, selain puluhan ribu orang yang terluka, yatim piatu, dan hampir satu juta orang yang kehilangan tempat tinggal, serta ratusan jadi tahanan," kata Shtayyeh.
"Biarkan perempuan Palestina hidup seperti tanggal 8 Maret setiap hari, dengan kebebasan, martabat, kemandirian nasional, keamanan, dan keselamatan, dan hilangkan standar ganda dan penerapan tindakan yang berbeda-beda," ujarnya.
Kantor Media Jalur Gaza melaporkan pada Senin lalu mengenai 8.900 wanita yang syahid akibat serangan Israel yang sudah berlangsung selama lima bulan. Bungkamnya komunitas internasional telah ikut andil dalam genosida terhadap perempuan Palestina, menurut juru bicara Kemenkes Ashraf al-Qudra lewat pernyataan, Kamis.
Al-Qudra mengungkapkan, 60 ribu ibu hamil di Gaza menderita malanutrisi, dehidrasi, dan kekurangan layanan kesehatan yang layak. Perempuan Palestina, khususnya di Gaza, menghadapi bencana kemanusiaan terparah seperti pembunuhan, pengungsian, penangkapan, keguguran, epidemi serta kematian yang disebabkan kelaparan sebagai akibat agresi Israel.
Al-Qudra mendesak PBB untuk segera berupaya menghentikan agresi dan genosida Israel seraya meminta organisasi perempuan internasional agar memobilisasi upaya untuk mengakhiri agresi Israel di Gaza. Israel melancarkan serangan membabi buta di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 sebagai balasan atas serangan Hamas yang menurut pihak Tel Aviv menyebabkan korban sebanyak 1.200 orang.
Lebih dari 30.700 orang Palestina gugur sejak serangan Israel. Selain itu, 72 ribu lainnya terluka di tengah kerusakan massal serta kekurangan pangan dan obat-obatan.
Israel juga menerapkan blokade terhadap Jalur Gaza, membuat warga di kawasan tersebut, terutama di wilayah utara, terancam mati kelaparan. Menurut PBB, Israel membuat 85 persen populasi Gaza harus mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur rusak atau hancur total.
Israel dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara pada Januari lalu memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.