Cara Menghadapi Rasa Malas dalam Mencari Ilmu

Mencari ilmu merupakan upaya membangun peradaban.

ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Ilustrasi mencari ilmu.
Rep: mgrol151 Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencari ilmu merupakan kewajiban. Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa mencari pengetahuan dan memperluas wawasan mereka dalam segala aspek kehidupan.

Baca Juga


Akan tetapi, dalam perjalanan mencari ilmu selalu ada tantangan dan rintangan yang harus dilalui, salah satunya rasa malas. 

Rasa malas dalam mencari ilmu adalah fenomena yang bisa terjadi pada siapa pun, baik dalam masyarakat Islam maupun di seluruh dunia. Rasa malas ini bisa dipahami sebagai perasaan kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan. 

Meskipun dianggap sebagai hal yang wajar, namun rasa malas ini bisa diatasi dengan beberapa cara, di antaranya:

Pertama, memurnikan niat kepada Allah azza wa jalla

Karena, niat sangat penting dilakukan sebelum seseorang melakukan sesuatu. Niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu akan mengantarkan seseorang kepada derajat yang lebih tinggi sehingga dapat menaikan rasa semangatnya dalam menuntut ilmu, sebagaimana firman Allah ta'ala:

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّينَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا

 

Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. (QS. An-Nisa: 69). 

Kedua, memiliki sikap disiplin dan bersabar 

Menuntut ilmu adalah perjalanan yang membutuhkan disiplin dan kesabaran yang kuat. Tanpa kedua hal tersebut, proses belajar akan menjadi sulit dan tidak efektif. Dalam konteks menuntut ilmu, disiplin mengacu pada kemampuan seseorang untuk menjaga komitmen, konsistensi, dan fokus dalam belajar, sementara kesabaran mengacu pada kemampuan untuk bertahan dan melewati tantangan atau hambatan yang muncul selama proses belajar.

Maka, dalam menuntut ilmu dibutuhkan kedisiplinan dan kesabaran, jika tidak mempunyai fondasi tersebut seseorang cenderung akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan rutinitas belajar yang baik.

Allah subhanahu wa ta'ala berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:

وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ , وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا , وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا

Bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya. Hal tersebut telah melewati batas. (QS. Al-Kahfi: 28).

 

 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Ketiga, mencari teman yang baik dan sama-sama menuntut ilmu

Memiliki teman sejalan dalam perjalanan menuntut ilmu adalah sebuah anugerah yang tak ternilai. Teman sebaya ini bukan sekadar orang yang berbagai kegiatan belajar, tetapi mereka juga bisa menjadi sumber inspirasi, dukungan, dan motivasi.

Dalam Islam juga diajarkan untuk memilih teman yang baik agar bisa sama-sama menjalankan perintah Allah SWT sebagaimana dalam hadis Abu Hurairah radiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

 

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler