Perubahan Iklim Memperparah Banjir di New South Wales

Kondisi iklim kian tidak stabil dan berbahaya di New South Wales.

AP Photo/Mark Baker
Seorang pria mendayung di papan dayung melalui jalan banjir di New South Wales.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan lebat dan banjir yang menggenangi komunitas Illawarra dan Sydney barat baru-baru ini, yang dinyatakan sebagai bencana nasional oleh pemerintah New South Wales, merupakan pengingat akan meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Baca Juga


Climate Council memperingatkan bahwa peristiwa-peristiwa dahsyat ini menunjukkan tanda-tanda planet yang semakin memanas. Climate Council juga mendesak semua pihak untuk melipatgandakan upaya-upaya dalam mengurangi polusi iklim. 

Kepala Penelitian Climate Council, Dr Simon Bradshaw, mengatakan bahwa bencana yang terjadi di New South Wales bukanlah hal yang mengejutkan, dan sesuai dengan kondisi iklim yang semakin tidak stabil dan berbahaya. Para ilmuwan iklim juga telah lama memperingatkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak dan gas batu bara, akan menyebabkan hujan lebat yang lebih intens. 

"Warga Australia sekarang hidup dalam kenyataan suram ini. Peristiwa cuaca ekstrem, yang dipicu oleh perubahan iklim, menjadi lebih sering terjadi dan lebih intens, sehingga membuat masyarakat menjadi rentan dan tidak siap," kata Bradshaw seperti dilansir Climate Council, Selasa (9/4/2024).

"Masyarakat dilanda bencana yang lebih sering, mulai dari banjir hingga kebakaran. Kerugian ekonomi dan emosional di daerah yang terkena dampak juga semakin meningkat. Seperti semua bencana yang dipicu oleh iklim, curah hujan yang tinggi dan banjir memiliki konsekuensi yang sangat merugikan bagi masyarakat, bisnis, dan ekonomi," tambah dia.

Banjir ekstrem di pantai timur pada tahun 2022 merugikan setiap rumah tangga di Australia rata-rata sebesar 1.532 dolar AS, dengan wilayah pemerintah daerah Lismore mengeluarkan biaya sebesar 508 juta dolar AS.

Jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Climate Council menemukan, 1 dari 3 warga Australia merasa khawatir bahwa mereka mungkin harus pindah secara permanen karena cuaca ekstrem. Selain itu, satu dari 10 warga Australia terpaksa pindah, baik sementara atau permanen, dari rumah mereka karena cuaca ekstrem, menggarisbawahi dampak nyata dari peristiwa iklim terhadap individu.

"Keputusan kita hari ini akan menentukan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat kita di masa depan. Penelitian terbaru dari Climate Council menunjukkan bahwa kita dapat mengurangi polusi iklim Australia hingga 75 persen pada tahun 2030, dan memainkan peran positif yang besar dalam upaya global untuk mengatasi krisis iklim," ujar Bradshaw.

"Kita tidak bisa terus membanjiri masa depan anak-anak kita. Pemangkasan polusi iklim yang lebih kuat dan lebih cepat saat ini dapat mencegah bahaya terburuk di masa depan. Pada saat yang sama, kita harus meningkatkan investasi kita dalam adaptasi perubahan iklim dan kesiapsiagaan terhadap bencana," tegas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler