Kementerian Luar Negeri Israel Desak Sanksi Terhadap Iran
Pembicaraan dengan AS kemungkinan akan mempengaruhi respons Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat mengatakan Iran "harus membayar atas agresinya." Hal ini disampaikan usai Iran membalas serangan udara Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah pada 1 April lalu.
"Semalam Iran menggelar serangan skala besar dan belum terjadi sebelumnya semalam yang terdiri atas ratusan drone, rudal jelajah dan balistik pada Israel. Sanksi menyakitkan harus dijatuhkan pada Iran, termasuk tapi tidak terbatas pada, bidang rudal," kata Haiat seperti dikutip dari Aljazirah, Ahad (14/4/2024).
Salah satu target utama Iran adalah pusat intelijen dan pangkalan udara militer di Gurun Negev. Iran mengatakan Israel menggunakan pangkalan udara itu untuk menyerang kantor konsulatnya di Damaskus.
Sementara itu Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mendorong pemerintah untuk merespons serangan Iran.
"Bila respons kami akan beresonansi ke seluruh Timur Tengah untuk bergenerasi-generasi mendatang, kami akan menang," kata politisi sayap kanan itu.
"Bila kami menahan diri, kami akan membawa diri kami dan anak-anak kami dalam bahaya besar," tambahnya.
Aljazirah melaporkan kabinet perang Israel mendapatkan tekanan dari anggota kabinet lainnya. Terutama dari anggota sayap kanan pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang berhaluan ultra-nasional, dan Smotrich.
Dua orang itu ingin Israel memberikan respons keras atas serangan Iran. Aljazirah melaporkan rapat kabinet perang dilakukan setelah Netanyahu berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara dengan menteri pertahanan AS.
Beberapa laporan mengindikasi pembicaraan dengan Pemerintah AS akan memengaruhi respons Israel.