Pertama di Dunia: Ibu Asal AS Pasang Alat Pompa Jantung, Jalani Transplantasi Ginjal Babi

Ibu asal AS itu menilai operasi yang dijalaninya sangat transformatif.

Joe Carrotta/NYU Langone Health via AP
Dalam foto yang disediakan oleh NYU Langone Health ini, seorang ahli bedah mengangkat ginjal babi yang telah diedit gennya dari perut Lisa Pisano untuk memeriksa fungsinya di rumah sakit di New York pada 12 April 2024. Dokter mentransplantasikan organ tersebut ke Pisano, yang hidupnya diprediksi tinggal beberapa pekan, sebagai bagian dari serangkaian operasi dramatis yang juga mencakup perbaikan penyakit jantungnya.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu asal New Jersey, Amerika Serikat yang hidupnya diprediksi tinggal beberapa pekan menjalani transplantasi ginjal babi dan operasi pemasangan alat bantu jantung. Ini merupakan operasi pertama di dunia yang membuat seseorang mengalami dua jenis tindakan medis tersebut.

Dari hari ke hari, ibu berusia 54 tahun bernama Lisa Pisano itu semakin menderita akibat gagal jantung kongestif dan penyakit ginjal. Dia tidak mungkin menjalani transplantasi organ tradisional.

Ketika Pisano kehabisan pilihan, dokter di NYU Langone Health, New York City, merancang operasi baru. Operasi ini bertujuan untuk mencangkokkan alat pompa mekanis untuk menjaga jantungnya tetap berdetak, dan beberapa hari kemudian mencangkokkan ginjal dari babi yang dimodifikasi secara genetik.

Operasinya berhasil dan ginjal barunya segera mulai mengeluarkan air seni, dan dokter menceritakan sorak-sorai syukur di ruang operasi. Pasien juga sudah mulai bisa berjalan, sesuatu yang hampir mustahil dilakukan sebelum prosedur dilakukan.

Pisano adalah pasien kedua yang menerima ginjal babi, setelah transplantasi penting di Rumah Sakit Umum Massachusetts Boston pada bulan lalu. Dia adalah orang pertama yang menjalani prosedur kombinasi implantasi jantung dan transplantasi organ hewan.

Baca Juga


 
"Saya berada di ujung tanduk. Saya hanya mengambil risiko. Dan tahukah kalian, skenario terburuknya, jika tidak berhasil untuk saya, mungkin akan berhasil untuk orang lain dan bisa membantu orang berikutnya. Ini sangat transformatif," ujar Pisano, dikutip dari Daily Mail, Kamis (25/4/2024).
 
Tim mencatat belum ada kasus yang terdokumentasi mengenai siapa pun yang memiliki alat pompa jantung mekanis yang menerima transplantasi organ dalam bentuk apa pun.

"Sungguh luar biasa mengingat pencapaian ilmiah yang telah menghasilkan kemampuan kita untuk menyelamatkan nyawa Lisa, dan apa yang kita upayakan untuk dilakukan sebagai masyarakat bagi semua orang yang membutuhkan organ yang dapat menyelamatkan nyawa," kata direktur dari Pusat Penelitian Institut Transplantasi Langone NYU, dr Robert Montgomery.

"Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa dedikasi dan keterampilan dari banyak dokter, peneliti, perawat, administrator kesehatan, dan tim perawatan perioperatif berbakat di NYU Langone Health, dan banyak pionir yang datang sebelum kami," kata dia.

Sebelum menjalani prosedur tersebut, Pisano diketahui memiliki tingkat antibodi yang tinggi dan berbahaya terhadap jaringan manusia, sehingga sulit untuk menemukan antibodi yang cocok untuk transplantasi ginjal manusia. Namun, antibodinya tidak berbahaya bagi organ babi yang gennya telah dimodifikasi.

Pisano mengalami serangan jantung beberapa kali akibat kondisinya. Ia juga menjadi terlalu lemah, bahkan untuk bermain dengan cucu-cucunya.

"Dengan operasi ini saya bisa melihat istri saya tersenyum lagi," kata sang suami, Todd Pisano.

Tidak ada cara untuk memprediksi kondisi jangka panjang Pisano, tetapi sejauh ini dia tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan organ. Tim mencatat kelangsungan hidupnya dapat diukur dalam hitungan hari atau pekan. Prestasi pertama ini memerlukan serangkaian operasi selama sembilan hari.
 
Pada prosedur pertama, yang dilakukan pada 4 April 2024, ahli bedah menanamkan pompa jantung, yang juga dikenal sebagai alat bantu ventrikel kiri (LVAD). Ini membantu memompa darah dari ruang bawah jantung ke seluruh tubuh dan biasanya digunakan pada pasien yang tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung.
 
Rata-rata, operasi ini memakan waktu sekitar empat hingga delapan jam. Pisano tidak memenuhi syarat untuk LVAD karena dia menjalani dialisis akibat gagal ginjal yang melemahkan tubuhnya. Namun, karena dia akan menjalani transplantasi ginjal babi, dokter melanjutkan prosedur LVAD.

Kepala Divisi Transplantasi Jantung dan Paru serta Dukungan Peredaran Darah Mekanik di NYU, dr Nader Moazami, yang melakukan prosedur LVAD, mengatakan tanpa kemungkinan transplantasi ginjal, Pisano tidak akan memenuhi syarat sebagai kandidat untuk LVAD. Sebab, angka kematian pada pasien yang menjalani dialisis dengan pompa jantung tergolong tinggi.
 
"Pendekatan unik ini adalah pertama kalinya di dunia operasi LVAD dilakukan pada pasien dialisis dengan rencana selanjutnya untuk transplantasi ginjal. Ukuran kesuksesan adalah kesempatan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan memberi Lisa lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarganya," kata dr Moazami.
 
Pada 12 April 2024, tim ahli bedah yang dipimpin oleh dr Montgomery melakukan xenotransplantation, yaitu transplantasi organ antarspesies yang berbeda. Donor kelenjar timus babi, yang bertanggung jawab atas fungsi kekebalan tubuh, ditempatkan di bawah penutup ginjal untuk mengurangi kemungkinan penolakan.

Lisa Pisano melihat foto di ponsel setelah operasi di NYU Langone Health di New York, AS pada Senin, 22 April 2024. Dokter mentransplantasikan ginjal babi ke Pisano, yang sudah hampir meninggal, sebagai bagian dari dua operasi dramatis yang juga mencakup pemasangan alat bantu untuk mengatasi gagal jantung. - (AP/Shelby Lum)

Ini adalah modifikasi gen tunggal yang dikenal sebagai UthymoKidney. Prosedur tersebut disetujui dengan otorisasi darurat dari FDA.

"Dengan menggunakan babi sebagai modifikasi genetik tunggal, kita dapat lebih memahami peran salah satu kunci perubahan stabil genom dalam menjadikan xenotransplantasi sebagai alternatif yang layak," kata dr Montgomery.

Lantaran babi-babi tersebut dapat dibiakkan dan tidak memerlukan kloning seperti modifikasi gen yang lebih rumit, ini adalah solusi yang berkelanjutan dan terukur untuk mengatasi kekurangan organ. Jika ingin menyelamatkan lebih banyak nyawa dengan cepat, menggunakan lebih sedikit modifikasi dan pengobatan disebut sebagai jawabannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler