Kisah Buya Hamka dan KH Idham Cholid Saling Hormati Perbedaan Amalan Agama

Buya Hamka dan KH Idham Chalid saling menghormati tata cara ibadah yang berbeda.

satuborneo.com
Buya Hamka dan KH Idham Chalid saling menghormati tata cara ibadah yang berbeda. Foto: Idham Chalid
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Suatu ketika di masa lalu, perjalanan haji masih menggunakan kapal laut. Pada waktu itu, terjadilah kisah yang sangat bisa diteladani oleh umat Islam dalam menjaga kerukunan dan persatuan.

Baca Juga


Di atas kapal laut tersebut, ada dua ulama terkemuka yakni pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) KH Idham Cholid dan pemimpin Muhammadiyah Buya Hamka. Keduanya, dikisahkan melaksanakan sholat Subuh berjamaah dalam satu ruangan dalam perjalanan ke Tanah Suci.

Pada waktu itu, yang menjadi imam adalah KH Idham Cholid. Namun, para jamaah Nadhlatul Ulama heran saat KH Idham Cholid yang biasa membaca doa qunut saat sholat Subuh, tapi kali itu tidak membaca doa qunut.

Ternyata, hal itu dilakukan KH Idham Cholid karena Buya Hamka sebagai pengikut Muhammadiyah menjadi makmumnya. Sebagaimana diketahui, Buya Hamka tidak membaca doa qunut saat sholat Subuh.

Hal yang menakjubkan, saat Buya Hamka giliran menjadi imam sholat Subuh, juga membaca doa qunut. Gliran para pengikut Muhammadiyah yang merasa heran. Hal itu dilakukan Buya Hamka karena KH Idham Cholid dan sebagian pengikut NU menjadi makmumnya.

Demikian praktik keagamaan yang dilakukan kedua ulama besar dari Indonesia, keduanya menunjukan akhlak Alquran, akhlak yang penuh dengan ilmu dan kebijaksanaan. KH Idham Cholid dan Buya Hamka saling menghormati perbedaan.

KH Idham Cholid dan Buya Hamka tidak merasa paling benar sendiri, tidak menyalahkan yang lain, apalagi membid'ahkan dan mengkafirkan Muslim lain yang dianggap berbeda. Keduanya orang berilmu yang bisa melihat perbedaan dengan ilmu dan kebijaksanaan. 

Sebagaimana disampaikan Ustaz Adi Hidayat (UAH) soal hukum musik. UAH menyampaikan tentang hukum musik dałam Islam, menyampaikan terlebih dahulu bagaimana sikapnya secara pribadi terhadap musik. 

Kemudian UAH menambahkan, terkait hukum musik, mesti jujur disampaikan bagaimana pandangan ulama tentang hukum itu. Walaupun punya sikap berbeda terhadap pandangan ulama tersebut, hukum harus tetap disampaikan.

UAH menjelaskan bahwa hukum mengenai musik menurut pandangan ulama ada tiga aspek. Ada yang mengharamkan musik secara mutlak, ada yang menghalalkan musik secara mutlak, dan ada yang menghalalkan musik dengan catatan.

UAH menjelaskan ada pendapat ulama yang menghalalkan musik dengan catatan, dan ada yang mengharamkan. Dalam hal ini, UAH tidak membid'ahkan dan mengkafirkan ulama yang menghalalkan musik dengan catatan.

Sebelumnya, Ustaz Derry Sulaiman juga memberikan tanggapan kepada pendakwah atau penceramah yang kerap membid'ahkan dan mengkafirkan Muslim lain yang memiliki amalan berbeda. Menurutnya dakwah seharusnya membuat orang kafir menjadi Muslim, bukan mengkafirkan Muslim.

Ustaz Derry mengatakan, dakwah ini adalah kerjanya Nabi-Nabi, kerja baginda Rasulullah SAW. Mestinya dengan dakwah itu, orang bermusuhan menjadi berdamai, dan orang-orang yang berperang menjadi saudara. Bukan membuat orang yang bersaudara jadi perang atau membuat orang damai jadi bermusuhan.

"Jadi hari ini ada orang yang berdakwah dengan cara yang tidak hikmah, tugas mereka mestinya mengislamkan orang kafir tapi justru sebaliknya mengkafirkan orang Islam," kata Ustaz Derry kepada Republika, Ahad (2/6/2024).

Ustaz Derry mengatakan, jadi ada oknum-oknum penceramah yang membid'ahkan dan mengkafirkan umat Islam lain. Tapi umat Islam sekarang sudah mulai cerdas, umat Islam sudah tahu di mana dakwah yang menyejukkan dan dakwah yang menenangkan. 

Ustaz Derry, mesti dakwah itu membuat iman seseorang naik, bukan darah seseorang naik. Jadi pesan-pesannya, dakwah itu mestinya mengajak, bicarakan obat, bukan bicarakan penyakit.

"Dakwah itu, mestinya menyalakan cahaya, bukan mencacimaki kegelapan," ujar Ustaz Derry.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler