Delegasi Mesir, Qatar, dan AS Kumpul di Doha Negosiasikan Gencatan Senjata Israel-Hamas
Mesir, Qatar, dan AS tengah berupaya agar gencatan senjata di Gaza berlaku permanen.
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Delegasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat seperti dilaporkan Al Qahera News, akan bertemu di ibu kota Qatar, Doha, pada Rabu (5/6/2024) untuk membahas mekanisme agar perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza berlanjut. Diketahui ketiga negara itu tengah mengupayakan gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas yang telah berperang delapan bulan terakhir.
"Kepala dinas keamanan Mesir akan bertemu mitra Qatar dan AS di Doha besok untuk membahas mekanisme kelanjutan negosiasi gencatan senjata," kata media Mesir itu yang mengutip seorang sumber pada Selasa (4/6/2024).
Sumber itu menambahkan bahwa delegasi Mesir telah mengintensifkan kontak dengan semua pihak terkait untuk mempercepat negosiasi. Media yang sama pekan lalu melaporkan bahwa pertemuan trilateral antara Mesir, AS, dan Israel dilaksanakan di Kairo pada 2 Juni.
Sang sumber mengatakan, bahwa Mesir menekankan perlunya pasukan Israel ditarik dari sisi Palestina di perbatasan Rafah dan menegaskan bahwa minimal 350 truk bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza setiap hari. Pada Jumat (31/5/2024) lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan Israel telah menawarkan kepada kelompok perlawanan Palestina, Hamas, sebuah proposal tiga tahap yang baru.
Proposal itu berisi peta jalan yang akan mengarah pada penghentian pertikaian di Jalur Gaza dan pembebasan semua sandera. Tahap pertama mencakup gencatan senjata penuh, penarikan pasukan Israel dari seluruh pusat populasi Gaza, dan pembebasan sejumlah sandera yang ditawan Hamas, termasuk mereka yang terluka, lansia, dan wanita, serta pembebasan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Kesepakatan tahap kedua mencakup penghentian pertikaian tanpa batas waktu dengan imbalan pembebasan sandera yang tersisa, sedangkan tahap ketiga adalah memulai rekonstruksi Gaza yang dilanda perang.
Israel mengerahkan pasukan ke Kota Rafah pada 7 Mei, tujuh bulan setelah serangan Hamas di wilayah Israel yang memicu konflik terburuk di Jalur Gaza dalam beberapa dekade terakhir. Israel berjanji memperluas operasi di Rafah hingga tujuannya tercapai, yaitu melenyapkan semua pejuang Hamas.
Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan dirinya akan mendukung kesepakatan apa pun dengan kelompok pejuang Palestina, Hamas, untuk mengamankan proses pembebasan warga Israel yang disandera di Jalur Gaza. "Saya ulangi bahwa saya akan sepenuhnya mendukung kesepakatan apa pun yang akan mengarah pada pembebasan para sandera dan menjaga kepentingan keamanan Israel," kata Herzog dalam sebuah pernyataan di akun X miliknya, Selasa.
Namun diketahui, antara Washington dan Tel Aviv masih berselisih pendapat mengenai proposal kesepakatan gencatan senjata terbaru. Pada Senin (3/6/2024), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia tidak siap untuk menghentikan perang di Gaza.
Dia pun mengklaim bahwa pernyataan Biden tentang usulan gencatan senjata itu "tidak akurat." Mitra koalisinya, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, mengancam akan menggulingkan pemerintah jika Netanyahu menyetujui rencana gencatan senjata Biden.