BI Sebut Seluruh Indikator Kinerja Tercapai Baik pada Kuartal I 2024
Tingkat inflasi inti yang pada kuartal I 2024 tercatat sebesar 1,77 persen (yoy).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa 40 indikator kinerja utama BI, termasuk tingkat inflasi inti, volatilitas nilai tukar rupiah, serta kecukupan cadangan devisa, dapat tercapai secara baik pada kuartal I tahun ini.
“Secara keseluruhan, seluruh indikator kinerja itu dapat kami capai secara baik, bahkan sejumlahnya itu lebih baik dari yang ditargetkan,” kata Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/6/2024).
Ia menyampaikan bahwa indikator tersebut termasuk tingkat inflasi inti yang pada kuartal I 2024 tercatat sebesar 1,77 persen year-on-year (yoy), masih dalam kisaran target 2,5 plus minus 1 persen.
Menurutnya, hal tersebut berkat implementasi kebijakan moneter yang tepat serta kolaborasi yang baik antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Indikator volatilitas nilai tukar rupiah, lanjutnya, juga masih terpantau lebih rendah daripada target di angka 5,5 persen year-to-date (ytd) sebagai hasil dari berbagai upaya intervensi moneter, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan kenaikan BI rate.
“Demikian juga untuk kecukupan cadangan devisa, realisasinya 6,2 bulan impor, lebih tinggi dari targetnya 5 bulan impor dan kami memandang ini masih lebih dari cukup untuk menstabilkan nilai tukar rupiah,” ucap Perry.
Terkait pertumbuhan kredit, ia menuturkan bahwa pencapaian indikator tersebut melebihi target yakni 12,4 persen dari target 10 plus minus 1 persen karena adanya insentif likuiditas dari BI kepada perbankan untuk menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas.
Ia menyatakan bahwa indikator likuiditas juga tercapai dengan realisasi 29,55 persen, jauh di atas target 10 persen, sedangkan rasio pembiayaan inklusif makroprudensial (RPIM) tercatat pada angka 33,55 persen dengan target 30 persen.
“Untuk pengedaran uang dan sistem pembayaran itu ada indikator realisasi mengenai QRIS, tingkat kelayakan uang, dan berbagai strategi-strategi yang ada sebagai komitmen kami untuk terus mendigitalkan keuangan dan juga memastikan ketersediaan rupiah dengan uang layak edar termasuk wilayah terdepan, terluar, dan terpencil,” ujar Perry.
Pihaknya mencatat hingga kuartal I tahun ini, volume transaksi QRIS telah mencapai 973,07 juta transaksi dari target 2 miliar transaksi sepanjang 2024.
Selanjutnya, ia menyampaikan capaian sejumlah indikator terkait keuangan inklusif dan syariah, seperti pengembangan UMKM yang telah mencapai 3.848 UMKM dari target 6.200 UMKM serta perluasan akses pasar dan pembiayaan UMKM Rp15,72 miliar dari target Rp 450 miliar.
“Local currency transaction (dengan negara mitra) juga sudah tumbuh 4,88 persen, lebih tinggi dari yang ditargetkan (sebesar 3 persen dari pangsa nilai transaksi),” imbuh Perry.