Enam Kisah Alquran tentang Manusia yang Bisa Hidup Kembali Setelah Mati
Bangkitnya manusia sebenarnya sudah pernah terjadi di alam dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, Hari kebangkitan akan dialami kembali oleh semua makhluk setelah sebelumnya dibinasakan terlebih dahulu oleh Allah SWT. Bangkitnya manusia tersebut sebenarnya sudah pernah terjadi di alam dunia. Alquran mengisahkan beberapa peristiwa mengenai bagaimana makhluk hidup bangkit kembali setelah dimatikan.
Pertama, kisah seorang lelaki dari Bani Isra'il (disinyalir sebagai Nabi Uzair atau Nabi Hezqiyal) bersama keledainya yang dimatikan Allah selama 100 tahun, lalu dihidupkan kembali.
Syahdan, Nabi Hezqiyal, diperlihatkan oleh Allah bagaimana menghidupkan kembali keledai yang telah menjadi tulang-belulang. QS Al-Baqarah ayat 259 memberikan gambaran kejadian ini, “...Dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”
Hal yang menarik dalam kisah tersebut adalah bahwa pada Nabi Hezqiyal diperlihatkan bagaimana tulang-tulang tersusun kembali kemudian dibalut dengan daging, sampai terjadi keledai hidup seperti sediakala.
Dalam buku Waktu dari Perspektif Alquran, ayat tersebut ditafsirkan dengan Hadis Rasulullah yang menyinggung tetang adanya substansi pada tubuh manusia yang di- sebut ‘ajb aż-żanab (diterjemahkan sebagai tulang ekor). Dari bagian tubuh ini, semua makhluk manusia akan dibangkitkan kembali. Penjelasan tersebut dinilai bisa membantu interpretasi bangkitnya kembali keledai Nabi Hezqiyal, mengingat keledai adalah jenis makhluk mamalia seperti manusia.
Kedua, kisah seorang Bani Isra'il yang hidup kembali setelah dipukul dengan salah satu bagian tubuh seekor sapi (Al-Baqarah/2: 67–73). Alkisah, seorang lelaki Bani Isra’il mati terbunuh, tidak jelas siapa pembunuhnya. Masyarakat pun bertanya kepada Nabi Musa, siapa pembunuhnya. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk mencari seekor sapi untuk disembelih. Korban kemudian dipukul dengan salah satu bagian tubuh sapi. Alhasil, orang itu hidup kembali dan menjelaskan siapa yang telah membunuhnya. Allah mengabadikan kisah tersebut dalam firman-Nya,
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Dia (Musa) menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, bahwa (sapi) itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandang(nya).” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki, niscaya kami mendapat petunjuk.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, (sapi) itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya.” Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu. Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda- tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti. (Al-Baqarah/2: 67–73)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kebangkitan manusia yang telah mati pernah terjadi di dunia ini. Peristiwa tersebut disaksikan oleh masyarakat Bani Isra’il, dalam sebuah kasus pembunuhan yang pelik. Dari cerita itu tergambar bagaimana dua benda yang sama- sama mati: seorang manusia dan seekor sapi, atas izin Allah, yang satu (sapi) bisa menghidupkan lainnya (orang). Kisah ini menunjukkan bahwa membangkitkan manusia pada hari kiamat adalah perkara mudah bagi Allah. Semoga manusia mau mengambil pelajaran dari hal ini.
Kisah Nabi Isa menghidupkan kembali orang mati...
Ketiga, kisah Nabi Isa yang bisa menghidupkan kembali orang yang telah mati. Allah berfirman:..Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman. (Āli ‘Imrān/3: 49)
Kemukjizatan-kemukjizatan tersebut menggambarkan tidak berlakunya hukum kausalitas. Imam Abu Zahrah dalam kitabnya, al-Mu‘jizah al-Kubrā mengemukakan, “Alqur'an menjelaskan bahwa hukum kausalitas diyakini betul oleh kaum Yahudi. Mereka mengadopsinya dari filsafat Yunani. Allah ingin menjelaskan bahwa hukum kausalitas adalah perbuatan-Nya, sehingga Ia mampu menghentikan hukum kausalitas tersebut untuk sementara. Kemukjizatan Nabi Isa lainnya, seperti dapat berbicara pada waktu bayi, juga bisa dipahami dalam kerangka yang sama.”
Keempat, kisah Bani Israil pada masa nabi Musa yang disambar petir, mati atau pingsan, kemudian dibangkitkan kembali. Allah berfirman, Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. Kemudian, Kami mem- bangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur. (Al-Baqarah/2: 55-56)
Kelima, kisah Așĥābul Kahf (penghuni goa) yang ditidurkan Allah selama 300 tahun Syamsiyah atau 309 tahun Qamariyah, lalu dibangkitkan kembali. Alkisah, tujuh pemuda beserta anjing mereka lari dari seorang raja yang zalim. Mereka masuk ke dalam goa. Mereka ditidurkan oleh Allah sekian lama. Setelah itu mereka dibangkitkan lagi. Mereka merasa hanya tidur selama satu atau setengah hari saja. Tidur adalah setengah kematian. Dalam tidur Allah mengambil roh seseorang. Jika Allah menghendaki, roh tersebut akan dikembalikan lagi ke raganya sehingga orang tersebut bisa bangun kembali. Namun jika tidak, roh tersebut akan tercabut dari raganya untuk kembali ke tempatnya semula, di sisi-Nya. Kisah mereka diabadikan dalam Surah al- Kahf/18: 9–26. Salah satu potongan ayatnya menegaskan dalil tentang keniscayaan Hari Akhir,
Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. (Al- Kahf/18: 21).
Surah al-Kahf termasuk Makiyah, yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Medinah. Salah satu ciri khas surah Makiyah adalah kandungannya yang umumnya ter- kait persoalan akidah, antara lain tentang kebangkitan manusia di hari kiamat.
Keenam, kisah tentang kematian Bani Israil dan penghidupannya kembali. Allah berfirman,
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mere- ka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Al-Baqarah/2: 243)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya me- nyebutkan sebuah riwayat tafsir atas ayat tersebut. Intinya, seke- lompok Bani Isra’il―ada yang mengatakan 4.000, 8.000, 30.000, 40.000 orang, bahkan lebih― eksodus dari desa mereka untuk menghindari kematian akibat wabah penyakit yang melanda mereka. Lalu mereka diminta memasuki satu kawasan, dan pada saat itulah Allah memerintahkan malaikat-Nya untuk mematikan mereka. Selang berapa lama, lewatlah seseorang yang diriwayatkan sebagai Nabi Hizqial. Melihat tulang-tulang yang berserakan, ia berdoa agar Allah menghidupkan mereka kembali. Mereka pun hidup lagi.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bukti kekuasaan Allah untuk meng- hidupkan manusia yang telah mati terjadi pada masa lalu dan dalam kehidupan dunia ini. Masih ragukah kita akan kekuasaan-Nya untuk menghidupkan manusia yang telah mati di akhirat