Menlu AS Sebut Nasib Akhir Perang di Gaza Ada di Tangan Yahya Sinwar

Blinken menilai gencatan senjata tergantung Sinwar dan bisa cegah serangan Iran.

AP Photo/Abir Sultan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, bahwa pemimpin baru Hamas, Yahya Sinwar saat ini memiliki kesempatan terakhir atas proposal final gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan Israel. Hal itu diutarakan Blinken kepada wartawan di Maryland, Selasa (6/8/2024).

Baca Juga


"Sebagaimana telah menjadi isu (negosiasi) untuk waktu yang cukup lama, itu (sekarang) benar-benar tergantung kepada dia," kata Blinken, tak lama setelah Hamas mengumumkan penunjukan Yahya Sinwar menjadi pengganti almarhum Ismail Haniyeh.

"Negosiasi telah mencapai tahap final, dan kami sangat yakin bahwa mereka harus melalui garis finis sangat, sangat segera," kata Blinken dikutip Jerusalem Post.

Proposal itu terdiri dari tiga tahap yang akan membebaskan total 115 sandera di Gaza yang ditukar dengan gencatan senjata dan pelepasan para tahanan Palestina dari penjara Israel. Sekitar 18 dari 32 sandera yang masih hidup akan dilepaskan pada tahap pertama, berproses selama enam pekan, sambil kedua belah pihak terus menegosiasikan gencatan senjata permanen untuk menghentikan perang.

AS berharap bahwa gencatan senjata di Gaza secara simultan akan juga mengakhiri kekerasan di perbatasan utara Israel antara IDF dan Hizbullah. Diketahui Israel kini dalam ancaman serangan simultan dari Iran dan Hizbullah menyusul pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut dan pemimpin Hamas di Ismail Haniyeh di Teheran.

"Sangat penting bahwa semua pihak bekerja untuk memfinalisasi perjanjian segera," kata Blinken.

Blinken juga menginfirmasikan bahwa pada Selasa, Presiden AS Joe Biden telah berbicara dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad al Thani dan Presiden Mesir Fattah El-Sisi. Qatar dan Mesir diketahui berperan sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

"Ada kesepakatan dalam kerangka kerja. Apa yang sedang kita kerjakan beberapa pekan terakhir adalah detail penting soal bagaimana mengimplementasikan detail itu," kata Blinken.

"Ini adalah waktu semua pihak terlibat untuk menutup kesepakatan. Tidak ada penundaan, tidak ada pemakluman. Tidak ada alasan kita tidak bisa berbuat sesuatu," kata Blinken menegaskan.

Blinken pun mendesak, Israel dan Hamas untuk, "Fokus untuk sepakat 'iya'."

Blinken juga menyoroti eskalasi ketegangan di Timur Tengah di tengah ancaman serangan Iran dan Hizbullah ke Israel. "Alasan, di antara hal yang lain adalah kami sangat ingin menghindari eskalasi apapun karena iya, itu berpotensi mengganggu perjanjian gencatan senjata."

 

Hamas pada Selasa (6/8/2924), seperti dilaporkan Quds News Network secara resmi mengumukan Yahya Sinwar sebagai kepala Politik Biro. Sinwar menggantikan almarhum Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran, Iran pada pekan lalu.

Yahya Sinwar, salah satu tokoh terkemuka Hamas, diduga sebagai arsitek dari operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang kemudian menyulut perang di Gaza yang hingga kini masih berlangsung. Israel pun telah menegaskan Sinwar sebagai tokoh Hamas yang paling dicari untuk dibunuh lewat agresi di Gaza.

Media Barat kerap menjuluki Sinwar sebagai 'mimpi buruk' Israel. Sinwar dinilai sebagai tokoh di Hamas yang paling mengetahui pola pikir Zionis, dan kalangan Israel menuduh Sinwar memiliki kemampuan untuk memanipulasi mereka. Sinwar juga dijuluki 'Sang Elang' dalam gerakan militan Hamas, yang mampu mempengaruhi jalannya negosiasi terkait pertukaran sandera dengan Israel.

Hizbullah menyambut baik penunjukan Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas, menyebutnya sebagai pesan keras kepada Israel dan Amerika Serikat, dan menunjukkan bahwa Hamas solid dalam pengambilan keputusan. "Memilih saudara Yahya Sinwar dari jantung Jalur Gaza, yang hadir di garis depan berama pejuang perlawanan dan di antara rakyatnya, di bawah reruntuhan, blokade, pembunuhan, dan kelaparan, mencerminkan bahwa tujuan musuh daru pembunuhan pemimpin (Hamas) telah gagal," demikan keterangan Hizbullah.

 

Sinwar lahir di kamp penumgungsi di selatah Khan Younis 61 tahun silam. Dia menjadi pemimpin Hamas di Jalur Gaza sejak 2017. Sinwar menjadi salah satu oemimoin Hamas yang dioerintahkan untuk ditangkap oleh Mahakamah Kriminal Internasional (IOC) atas peristiwa 7 Oktober. Surat perintah penangkapan juga diterbitkan IOC terhadap Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan prang di Gaza.

Mesi Israel berjanji melenyapkan Hamas dan agresi mereka di antara yang paling menghancurkan dalam sejarah perang modern, Hamas hingga kini masih melaniutkan perlawanannya. Sinwar pun terus mampu menghindari upaya pembunuhan oleh militer Israel sejak 7 Oktober.

"Saya pikir fokus dari Gaza dan fokus dari Sinwar adalah sebuah sinyal kuat dari perlawanan," ujar analis politik Marwan Bishara.

"Dan fakta bahwa Hamas tidak akan kalah di Gaza, dan Hamas tetap akan berkuasa di Gaza, maka kepemimpinannya tetap hadir di sana."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler