Pengamat Soal PKS-Anies: Lo Gak Butuh Gue, Gue Gak Butuh Lo

Anies dinilai terkesan enggan mencari dukungan kepada partai politik.

Edi Yusuf/Republika
Pengamat Politik Ray Rangkuti.
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bakal calon gubernur (cagub) DKI Jakarta Anies Baswedan berpeluang tak diusung partai-partai pada perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Mengingat, sejumlah partai yang semula ingin mengusungnya perlahan berpaling ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung Ridwan Kamil di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta.

Baca Juga


Pengamat politik Ray Rangkuti menilai salah satu alasan partai politik meninggalkan Anies adalah karena mantan Gubernur DKI Jakarta itu tak memiliki kemampuan untuk melakukan negosiasi. Anies disebut merasa dibutuhkan partai politik, tapi tak mau berupaya meyakinkan partai politik untuk mendukung dirinya. 

"Anies ini kan terkesan seperti enggak butuh orang (partai). Nah sekarang dia mengalaminya tuh, mengalami suatu situasi, ya karena lo enggak butuh gue, gue gak butuh lo gitu loh. Mungkin PKS-nya juga begitu," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (11/8/2024).

Direktur Eksekutif Lingkar Madani itu mengatakan, PKS telah memberikan dukungan kepada Anies untuk maju di Pilgub DKI Jakarta, dengan syarat kader menjadikan kader PKS sebagai calon wakil gubernur (cawagub). Lantaran syarat kursi masih kurang, Anies diminta mencari dukungan dari partai lain.

Alih-alih melakukan negosiasi dengan partai lain agar mengusungnya dengan kader PKS, Anies terus turun ke warga. Alhasil, hingga tenggat waktu yang ditentukan, Anies tak juga mendapatkan partai koalisi yang mau mengusungnya bersama kader PKS.

"Kemampuan lobi Anies dipertanyakan. Kalau adu argumen, dia kuat, tapi tidak mempu untuk memposisikan dirinya sebagai orang yang bisa negosiasi," kata dia.

 Ray mengatakan, Anies sebenarnya memiliki modal yang kuat dengan elektabilitas mencapai 40 persen di Jakarta. Elektabilitas itu hanya dijadikan agar partai merapat kepada dirinya. Di sisi lain, Anies terkesan enggan untuk mencari dukungan kepada partai politik. 

"Dia merasa bahwa dengan yang 40 persen itu orang yang datang ke dia. Tapi kan setidaknya, lihat Edy Rahmayadi lah di Medan (Sumut), pontang panting ke sana ke mari gitu. Padahal elektoralitasnya juga tinggi kan," kata Ray.

 

Sikap Anies..

 

Sebelumnya, Juru Bicara Anies, Angga Putra Firdian masih yakin bahwa dukungan PKS terhadap Anies, khususnya di Pilgub DKI Jakarta, masih sama. Tak hanya itu, ia meyakini PKB dan Partai Nasdem juga masih berada di pihaknya.

"Kami masih berpengang pada keputusan resmi yang sudah disampaikan sebelumnya. Insya Allah tidak ada perubahan sampai akhir," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Ahad (11/9/2024).

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) berswafoto dengan warga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, Ahad (4/8/2024). Anies yang diusung oleh Partai NasDem sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024 itu menyempatkan waktu untuk berolahraga dan menyapa warga. - (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Sementara itu, Anies juga mengaku telah melakukan komunikasi dengan semua partai politik yang ada, termasuk PDIP. Namun, ia tetap menghormati mekanisme yang dilakukan masing-masing partai. Pasalnya, setiap partai memiliki prosedur tersendiri dalam menentukan sikap.

"Jadi semua komunikasi berjalan dan ada yang sudah mengumumkan awal, ada yang belum bisa mengumumkan awal. Setiap partai punya prosedur, punya tantangan, kesempatan, situasi yang berbeda-beda. Saya menghormati proses yang ada di setiap partai dan saya mengajak semua untuk juga menghormati dan memantau, sehingga nanti ketika ada sikap resmi, itulah rujukan kita," kata dia, Jumat (9/8/2024).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler