Meski 'No Pork No Lard', Sushi Belum Tentu Halal, Mengapa?

Banyak bahan dalam pembuatan sushi yang tak halal dan luput dari perhatian.

Dok. Freepik
Sushi. Meski tidak mengandung babi, sushi belum tentu halal bagi umat Islam.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sushi kerap dianggap aman bagi konsumen Muslim karena tidak mengandung babi. Namun menurut Halal Enthusiast, Anca Syah, hal tersebut tidak cukup untuk memastikan kehalalan sushi. Menurut dia, banyak bahan dalam pembuatan sushi, seperti mirin dan sake, yang tidak halal dan sering luput dari perhatian.

Baca Juga


“Banyak orang yang merasa sushi pasti aman dan halal karena tidak mengandung babi. Padahal yang tidak banyak diketahui, bahan baku sushi itu ada sake dan mirin misalnya, yang jelas tidak halal,” kata Anca dalam sebuah talkshow yang membahas isu halal di Tebet, Jakarta, Rabu (11/9/2024).

Di Jepang, kata Anca, cuka beras (sering disebut komezu) juga menjadi bahan penting dalam pembuatan sushi, terutama untuk memberikan bumbu pada nasi sushi. Namun, sayangnya tidak semua cuka beras halal. Cuka beras biasanya dibuat dari fermentasi beras dan beberapa jenis melibatkan sake atau arak beras.

Menurut Anca, kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang lebih mendalam terkait makanan halal. “Jadi menilai halal atau enggak-nya itu tidak cukup dengan tulisan ‘no pork, no lard’. Ada banyak komposisi makanan lain yang perlu diperhatikan kehalalannya,” kata Anca.

Untungnya, restoran sushi yang beroperasi di Indonesia mulai menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen Muslim dan melakukan sertifikasi halal. Anca menilai, sertifikasi halal tersebut menjadi langkah positif dan penting untuk menggaet kepercayaan dari konsumen Muslim.

“Sertifikasi halal itu bagaimanapun menurut aku itu penting, dan bisa dijadikan pegangan buat kita. Karena proses untuk mendapatkan sertifikat halal itu kan panjang dan tidak mudah juga, jadi ketika restoran sushi sudah dapet sertifikat halal, kita bisa meyakini semua bahannya halal,” kata Anca.

Ia pun berharap ke depannya semakin banyak restoran yang melakukan sertifikasi halal. Terutama bagi restoran internasional yang beroperasi di Indonesia.

“Apalagi restoran yang berasal dari negara minoritas Muslim, kan kita tidak tahu semua bahan bakunya halal atau tidak. Jadi yang paling aman ya sertifikasi halal. Dan menurut saya, itu juga tidak membuat rugi, karena sekarang sertifikat halal sudah berlaku seumur hidup,” jelas Anca.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler