Iran Segera Produksi Senjata Nuklir Usai Fatwa Khamenei Diubah

Faktor yang membuat Iran belum memproduksi senjata nuklir yakni fatwa Khamenei.

Iranian Defense Ministry via AP
Dalam gambar yang dirilis Kementerian Pertahanan Iran pada Kamis, 25 Mei 2023, rudal Khorramshahr-4 diluncurkan di lokasi yang dirahasiakan, Iran. Iran meluncurkan pada hari Kamis apa yang dijuluki iterasi terbaru dari rudal balistik Khorramshahr berbahan bakar cair di tengah ketegangan yang lebih luas dengan Barat atas program nuklirnya.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Kepala Dewan Strategis Iran untuk Hubungan Luar Negeri Dr Kamal Kharrazi mengungkapkan, ada kemungkinan perubahan doktrin nuklir Iran jika negara tersebut menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya. Menurut Kharrazi, Iran memiliki kemampuan teknis untuk memproduksi senjata nuklir. Dia menegaskan, tidak ada kendala signifikan untuk mencapai hal tersebut.

Baca Juga


Menurut Kharrazi, satu-satunya faktor yang membuat Iran belum memproduksi persenjataan nuklir yakni fatwa yang dikeluarkan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, ujar dia dalam wawancara dengan media yang berbasis di Lebanon, Al-Mayadeen yang dirilis pada Jumat (1/11/2024).

Khamenei sebenarnya kerap menyatakan di publik mengenai haramnya penggunaan senjata nuklir. Khamenei  telah berulang kali mengumumkan dengan tegas bahwa membangun dan menggunakan senjata nuklir adalah "dosa" dan karenanya dilarang dari sudut pandang agama dan Islam, dilansir dari laman khamenei.

Menurut Khamenei, Republik Islam Iran menganggap penggunaan senjata nuklir, kimia, dan senjata sejenisnya sebagai dosa besar yang tidak dapat diampuni. Khamenei bahkan pernah mengusulkan gagasan "Timur Tengah yang bebas dari senjata nuklir" meski menolak pembatasan hak untuk menggunakan tenaga nuklir secara damai dan memproduksi bahan bakar nuklir. Menurut hukum internasional, penggunaan energi nuklir secara damai merupakan hak setiap negara.

Kharrazi juga menyebutkan, perubahan kebijakan akan berlaku untuk proyektil. Dia mencatat bahwa kemampuan rudal Iran, telah ditunjukkan dalam berbagai operasi. Ia menyatakan bahwa fokus saat ini adalah pada jangkauan rudal yang digunakan.

Menurut Kharrazi, Iran telah mempertimbangkan kekhawatiran negara-negara Barat mengenai jangkauan rudal yang dimiliki Iran. Meski demikian, Kharrazi mengungkap, jika negara-negara Barat tidak mengakui kekhawatiran Iran, mengenai kedaulatan dan integritas teritorialnya, negara tersebut akan mengabaikan kekhawatiran negara-negara Barat. Oleh karena itu, Iran kemungkinan akan mengembangkan dan memperluas jangkauan rudalnya.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei. - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

 

 

 

Kharrazi menegaskan, Iran tidak menginginkan perluasan perang. Meski demikian, dia menjelaskan, Iransepenuhnya siap untuk berperang. Kharrazi menekankan kesiapan negara itu untuk menanggapi setiap eskalasi. Hanya saja, Iran menyatakan keinginan untuk menghindari perang lebih lanjut.

Ia menyoroti kemampuan militer Iran dan potensi perubahan dalam kebijakan nuklirnya sebagai tanggapan terhadap "ancaman eksistensial" yang dirasakan. Khususnya, terkait dengan kepentingan geopolitik Iran dan komitmennya terhadap kedaulatan nasional.

Dalam konteks ini, Kharrazi menekankan bahwa Iran telah memamerkan kemampuan pencegahannya melalui Operasi True Promise II. Sebuah serangan ratusan rudal balistik yang menargetkan Israel. Untuk itu, dia menyerahkan semua opsi  kepada Israel. Jika mereka memilih untuk melanjutkan tindakan permusuhan mereka, Iran akan menanggapinya sebagaimana mestinya.

Perlawanan teguh

Kharrazi membahas perang "tidak seimbang" di kawasan tersebut. Menurut dia, perang yang dipicu Israel yang telah melakukan pembersihan etnis dan pemusnahan terhadap rakyat Palestina.  Israel telah  memerangi mereka yang mempertahankan hidup, keberadaan, dan tanah mereka.

Ia menyatakan harapan bahwa perang akan segera berakhir, dengan menegaskan bahwa "Israel" terlibat dalam "pembersihan etnis yang mengerikan". Israel, ujar dia, telah keliru meyakini bahwa mereka telah meraih kemenangan. Kharrazi menekankan bahwa tindakan tersebut tidak dapat dianggap sebagai kemenangan, melainkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang mendalam.

Ia juga menyoroti tindakan "Israel" baru-baru ini dalam menghalangi Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) untuk mengirimkan pasokan penting. Padahal, UNRWA ingin menyediakan air dan makanan bagi penduduk Gaza yang terkepung. Tugas kemanusiaan mereka telah dihalangi oleh Israel.

Pejabat tinggi Iran menekankan  langkah ini merupakan puncak dari nilai-nilai anti-kemanusiaan. Ia pun meminta masyarakat internasional untuk bangun dan memberikan tekanan pada Israel. "Sayangnya, kita masih melihat Barat, termasuk negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, terus mendukung entitas yang brutal dan kriminal tersebut dan membela tindakannya dengan mendanainya dan mengirimkan senjata."

 

Kharrazi menyimpulkan bahwa implikasi dari situasi dan hasil akhirnya jelas: keinginan rakyat dan Perlawanan mereka tidak dapat ditekan. Ia menegaskan bahwa baik Palestina maupun Lebanon teguh dalam tekad mereka untuk melawan, menanggung penindasan ini, dan menghadapi kekejaman ini hingga kemenangan diraih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler