Eropa di Tubir Perang Nuklir
Rusia mengubah doktrin nuklirnya setelah AS mengizinkan rudalnya dipakai Ukraina.
REPUBLIKA.CO.ID, KREMLIN – Rusia memberlakukan perubahan doktrin nuklirnya, menyusul izin yang diberikan Amerika Serikat pada Ukraina untuk menembakkan senjata ke wilayah Rusia. Kremlin juga mengancam akan memberikan tanggapan yang "tepat dan konkrit" terhadap negara-negara Barat yang mendukung Ukraina secara militer.
Juru bicara Kremlin mengatakan dalam komentar yang diterbitkan pada hari Selasa bahwa amandemen Rusia terhadap doktrin nuklirnya telah dirancang tetapi belum diformalkan. "Ini sudah dirumuskan secara praktis. Ini akan diformalkan bila diperlukan," kata juru bicara Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita pemerintah TASS.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia, berdasarkan usulan amandemen, akan dapat menggunakan senjata nuklir jika terkena rudal konvensional. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan serangan apapun terhadap negara tersebut dengan dukungan salah satu senjata nuklir. memperkuat serangan gabungan.
Perubahan tersebut secara luas dipandang sebagai upaya Putin untuk menarik “garis merah” bagi Amerika Serikat dan sekutunya dengan menyarankan bahwa Moskow akan mempertimbangkan untuk membalas dengan senjata nuklir jika negara-negara tersebut membiarkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh Barat.
Pemerintahan Biden sebelumnya telah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh di dalam wilayah Rusia, menurut para pejabat AS dan sumber yang mengetahui keputusan yang dikeluarkan pada Ahad. Ini sebuah perubahan besar dari kebijakan Washington yang mendukung Kyiv secara finansial dan militer sejak serangan Rusia sekitar tiga tahun lalu.
Dalam konteks terkait, Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan ancaman kepada negara-negara Barat agar tidak mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang Rusia. Maria Zakharova, juru bicara kementerian, mengatakan pada Senin bahwa penggunaan senjata semacam itu oleh Ukraina terhadap Rusia berarti intervensi langsung oleh Amerika Serikat dan sekutunya dalam perang tersebut.
“Respon Rusia dalam kasus ini akan tepat dan konkrit,” tambahnya dalam sebuah postingan di Telegram, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kemungkinan respons tersebut.
Pada akhir Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa tentara Ukraina tidak mampu mengoperasikan rudal yang dipasok oleh Barat. Dia bersikeras bahwa rudal semacam itu hanya dapat digunakan jika ahli militer negara Barat mengoperasikannya, yang menurutnya berarti melancarkan perang langsung melawan Rusia.
Menurut laporan media AS, Presiden AS Joe Biden telah memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal ATACMS yang dipasok AS, yang memiliki jangkauan 300 kilometer, untuk menyerang sasaran militer di wilayah Kursk di Rusia barat. Sebelumnya, beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, menolak memberikan lampu hijau karena khawatir akan terjadi eskalasi dengan Moskow.
Inggris-Prancis ikut serta...
Sedangkan the Guardian melansir, Inggris diperkirakan akan memasok rudal Storm Shadow untuk digunakan oleh Ukraina pada sasaran di Rusia. Hal ini menyusul keputusan AS untuk melakukan hal yang sama untuk senjata ATACMS.
Keir Starmer, perdana menteri, mengatakan di KTT G20 bahwa Inggris menyadari perlunya “menggandakan” dukungannya terhadap Ukraina. Sementara sumber-sumber diplomatik menjelaskan bahwa mereka mengharapkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengikuti jejak AS.
Perdana Menteri mengatakan bahwa, meskipun dia “tidak akan menjelaskan secara rinci operasionalnya”, dia menyadari perlunya berbuat lebih banyak untuk membantu Ukraina, yang jaringan listriknya rusak parah akibat gelombang pemboman Rusia pada Ahad.
“Saya sudah menjelaskannya sejak lama, kita perlu menggandakannya. Kita perlu memastikan Ukraina memiliki apa yang diperlukan selama diperlukan, karena kita tidak bisa membiarkan Putin memenangkan perang ini,” kata Starmer.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut baik keputusan Amerika Serikat yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang sasaran di wilayah Rusia. wilayah. Itu ia sampaikan di sela-sela KTT G20 di kota Rio de Janeiro, Brasil.
Macron mengatakan bahwa perubahan posisi Washington ini “sangat tepat,” seraya menyatakan penyesalannya bahwa apa yang dimasukkan dalam pernyataan akhir KTT G20 mengenai perang di Ukraina tidak memenuhi harapannya dan seharusnya bisa “lebih jelas”.
Sejak Donald Trump memenangkan pemilu AS terakhir, para pejabat senior di pemerintahan Biden mengatakan mereka akan menggunakan sisa masa jabatannya untuk memastikan bahwa Ukraina dapat berperang secara efektif tahun depan atau menegosiasikan perdamaian dengan Rusia dari “posisi yang kuat.”