Satu dari Tiga Muslim Inggris Berencana Tinggalkan Inggris karena Islamofobia
Islamofobia mengkibatkan diskriminasi dan perpecahan.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebagian besar Muslim Inggris percaya bahwa Islamofobia telah meningkat sejak kerusuhan musim panas setelah penikaman di Southport, Merseyside, Inggris. Satu dari tiga orang Muslim mempertimbangkan untuk meninggalkan Inggris, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (20/11) oleh lembaga pengawas kejahatan anti-Muslim, Tell MAMA.
Sebuah survei yang dilakukan oleh organisasi tersebut menyoroti kekhawatiran yang meningkat di kalangan komunitas Muslim Inggris setelah kerusuhan kekerasan yang terjadi di seluruh negeri pada musim panas ini.
Dikutip dari laman The New Arab, Kamis (21/11), satu dari empat Muslim yang disurvei, baik secara online maupun melalui telepon, melaporkan mengalami kebencian anti-Muslim atau Islamofobia setelah penikaman massal pada 30 Juli di Southport.
Kekerasan yang dipicu oleh klaim online palsu bahwa seorang pencari suaka Muslim bertanggung jawab atas penikaman fatal terhadap tiga anak ini memicu gelombang kerusuhan di seluruh negeri, yang menyasar para imigran dan Muslim.
Dua pertiga responden merasa bahwa risiko bahaya terhadap komunitas Muslim telah meningkat sejak 30 Juli, dengan lebih dari dua pertiga menyatakan bahwa kebencian anti-Muslim dan Islamofobia semakin meluas.
Hampir empat dari 10 partisipan menyatakan kekhawatirannya bahwa masjid lokal mereka terancam oleh kelompok-kelompok sayap kanan dan ekstremis, demikian hasil survei tersebut.
Meskipun permusuhan meningkat, setengah dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa kerusuhan tersebut telah membuat mereka merasa “lebih terbuka tentang identitas Muslim mereka,” dan enam dari 10 orang menyatakan bahwa mereka masih merasa aman di Inggris.
Dalam sebuah pernyataan, Tell MAMA berkomentar, “Temuan jajak pendapat ini menunjukkan bahwa kebencian anti-Muslim atau Islamofobia memiliki dampak yang signifikan terhadap komunitas Muslim di Inggris.”
Lebih lanjut dikatakan bahwa, dalam minggu-minggu setelah kerusuhan bulan Juli, Tell MAMA telah menerima banyak laporan dari masyarakat, banyak dari mereka yang diteriaki, diancam akan dibunuh, diludahi, atau diserang secara fisik.
“Banyak Muslim Inggris yang sangat ketakutan saat ini. Mereka membutuhkan pemerintah kita untuk menunjukkan bahwa pemerintah mendengar ketakutan mereka, dan bekerja untuk membuat mereka aman,” kata Iman Atta, direktur Tell MAMA.
“Jajak pendapat ini adalah bukti dari dampak mengerikan dari kebencian anti-Muslim dan Islamofobia.”
Ia melanjutkan, "Lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meyakinkan orang-orang ini. Kita membutuhkan fokus yang lebih besar untuk mendukung kohesi sosial di daerah-daerah yang terkena dampak terburuk. Temuan-temuan ini harus menjadi peringatan bagi pemerintah.”
Kekerasan Sayap Kanan
Survei yang mewawancarai 750 Muslim di Inggris antara 30 September dan 14 Oktober ini menyoroti tantangan yang sedang dihadapi oleh Muslim Inggris setelah terjadinya kekerasan sayap kanan.
Temuan ini sejalan dengan laporan yang diterbitkan oleh Runnymede Trust pada Selasa, yang mengungkapkan adanya peningkatan tajam dalam kejahatan kebencian terhadap Muslim dan retorika eksplisit yang menggambarkan Muslim sebagai ancaman bagi masyarakat Inggris.
Laporan tersebut juga meneliti kerusuhan rasis yang terjadi di seluruh Inggris pada musim panas ini, dan mencatat bahwa ada sentimen anti-Muslim yang meluas di seluruh Inggris.
Afzal Khan, anggota parlemen Inggris untuk Manchester Rusholme, bergabung dengan rekan-rekannya untuk mengambil sikap menentang Islamofobia pada sebuah acara di Parlemen pada hari yang sama untuk menandai Bulan Kesadaran Islamofobia.
Acara ini didukung oleh perwakilan dari Amnesty International dan Muslim Council of Britain untuk meningkatkan kesadaran dan menekankan pentingnya melawan kebencian dan diskriminasi.
Bulan Kesadaran Islamofobia diadakan setiap tahun untuk menyoroti kontribusi positif umat Islam kepada masyarakat, serta untuk meningkatkan kesadaran akan Islamofobia dan prasangka yang dihadapi umat Islam Inggris di semua sektor masyarakat.
“Dengan lonjakan kejahatan kebencian Islamofobia sejak Oktober 2023, dan para perusuh sayap kanan yang kita lihat menyerang masjid dan Muslim di seluruh negeri musim panas ini, semakin penting bagi para anggota parlemen untuk menunjukkan dukungan mereka kepada umat Islam Inggris dan berkomitmen kembali untuk memberantas Islamofobia,” kata Khan.