Ini Sosok Dua Orang yang Selamat dalam Tragedi Jeju Air dan Kesaksian Saat Pesawat Jatuh

Dua penyintas diketahui merupakan awak peawat dari Jeju Air.

South Korea Muan Fire Station via AP
Api berkobar saat pesawat penumpang Jeju Air 7C2216 jatuh di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad (29/12/2024). Pesawat Jeju Air 7C2216 yang membawa 175 penumpang dan enam kru dalam penerbangan dari Bangkok, Thailand jatuh terbakar dan meledak setelah mendarat dan kemudian menghantam tembok pembatas di bandara Internasional Muan. Data sementara 85 orang tewas dalam peristiwa itu.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kecelakaan pesawat Jeju Air di Korea Selatan menewaskan 179 penumpang dan awak. Hanya dua orang yang dilaporkan selamat dalam insiden tersebut.

Baca Juga


Menurut laporan Kementerian Kesehatan, kedua korban selamat tersebut digambarkan sebagai seorang awak pesawat pria yang tengah dirawat di unit perawatan intensif karena cedera. Namun cederanya tidak mengancam jiwa.

Sementara seorang lagi adalah awak pesawat wanita yang tengah dalam pemulihan dengan cedera tidak mengancam jiwa.

Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 2216 mendarat di Bandara Internasional Muan pada Ahad (19/12/2024) sekitar pukul 9 pagi waktu setempat ketika pesawat keluar landasan pacu dan menabrak tembok.

Kantor berita Yonhap melaporkan, salah satu korban selamat berusia 33 tahun diketahui bermarga Lee. Ia adalah seorang pramugari di pesawat Jeju Air yang terbakar setelah mendarat dengan posisi perut terbalik.

Lee awalnya dibawa ke rumah sakit di kota terdekat Mokpo, 311 kilometer selatan Seoul, tetapi kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul di ibu kota.

"Saat saya bangun, saya sudah diselamatkan," katanya kepada para dokter di rumah sakit, menurut direktur RS Ju Woong, yang berbicara dalam jumpa pers.

Ju mengatakan dia tidak menanyakan rincian kecelakaan tersebut karena dia yakin hal itu tidak akan membantu pemulihan pasien. "Dia sepenuhnya mampu berkomunikasi," kata Ju. "Belum ada indikasi kehilangan ingatan atau semacamnya."

Korban selamat saat ini dirawat di unit perawatan intensif setelah didiagnosis mengalami beberapa patah tulang. Ju mengatakan dia berada dalam perawatan khusus karena kemungkinan efek sampingnya, termasuk kelumpuhan total.

Menurut laporan lain awak Pramugari itu diketahui bernama Lee Mo. Ia duduk di bagian belakang dan hanya mengingat saat pesawat landing. Setelah itu tidak ingat sama sekali.

Percepatan identifikasi

 

Otoritas Korsel menjelaskan bahwa mereka berupaya mempercepat proses identifikasi korban. Meskipun 141 dari 179 orang telah diidentifikasi melalui identifikasi sidik jari dan kontrol DNA, 38 orang belum teridentifikasi.

Dalam beberapa kasus, tubuh korban rusak parah sehingga sidik jarinya tidak dapat dideteksi. Selain itu, tidak ada catatan yang tersedia untuk membandingkan sidik jari anak di bawah umur, yang berarti bahwa perbandingan DNA keluarga diperlukan.

Penjabat presiden Korea Selatan Choi Sang-mok telah memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai penerbangan negara itu. Sementara Seoul juga meninjau rencana untuk melakukan pemeriksaan khusus" terhadap semua Boeing 737-800 yang beroperasi di negara itu.

Pejabat transportasi Korea Selatan mengatakan pesawat mengalami kesulitan saat hendak mendarat - dan pilot yang memiliki lebih dari 6.800 jam terbang, membatalkan upaya pertama karena gangguan burung.

Segera setelah itu, pilot mengeluarkan panggilan mayday dan diizinkan mendarat di arah yang berlawanan dari biasanya. Ini yang mungkin menjawab mengapa ada tembok di ujung landasan karena pesawat tidak mendarat pada posisi seharusnya.

Para pejabat menduga tabrakan burung dan cuaca buruk mungkin menjadi penyebabnya, tetapi para ahli penerbangan mempertanyakan apakah hal-hal ini cukup untuk menyebabkan kecelakaan yang mematikan tersebut.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler