Ada Kerja Intelijen Asing di Rusia? ini Kata Vladimir Putin
Putin tegaskan untuk bongkar operasi intelijen asing di Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Di tengah perang Rusia melawan Ukraina, pasti ada operasi intelijen di kedua negara tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin aksi spionase juga dilakukan di berbagai kawasan untuk memuluskan misi strategis masing-masing negara.
Yang 'bermain' dalam perang kedua negara tersebut bukan saja Ukraina dan Rusia. Di dalam bakuhantam keduanya, juga ada negara-negara Nato dan sekutu Rusia. Karena itu aksi intelijen juga dilakukan oleh masing-masing negara.
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa badan keamanan Rusia harus mencegah kegiatan intelijen asing, mengidentifikasi mata-mata dan pengkhianat, serta secara aktif memerangi pelaku sabotase dan serangan teroris di negara tersebut.
“Pekerjaan badan intelijen asing harus segera dihentikan, mereka yang melakukan sabotase dan aksi teroris harus dilawan secara aktif, dan mata-mata serta pengkhianat harus diidentifikasi,” kata Putin dalam pesan video pada Hari Keamanan Negara Rusia.
Kewajiban khusus dalam hal ini ditujukan pada bagian penjaga perbatasan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB), kata sang presiden.
“Tugas Anda adalah terus mengembangkan kemampuan teknis dan mobilitas penjaga perbatasan dan melengkapi mereka dengan personel terlatih. Serta, tentu saja, meningkatkan kerja sama dengan unit militer dan unit badan keamanan lainnya,” kata Putin.
Pemimpin Rusia tersebut juga mencatat efektivitas aktivitas dinas keamanan di wilayah operasi militer khusus Rusia di Ukraina dan di belakang garis musuh, yang memungkinkan Rusia untuk dapat mencapai tujuan operasi tersebut.
Sebelumnya, Letjen Igor Kirilov, kepala Pasukan Pertahanan Radiologi, Kimia dan Biologi angkatan bersenjata Rusia, dan ajudannya tewas dalam ledakan bom di Moskow pada Selasa (17/12) pagi.
FSB pada Rabu (18/12) mengatakan bahwa mereka telah menangkap seorang warga Uzbekistan berusia 29 tahun karena dicurigai menaruh serta meledakkan bom dari jarak jauh.
Tersangka mengatakan kepada penyelidik Rusia bahwa Ukraina menjanjikan kepadanya hadiah sebesar 100.000 dolar AS (sekitar Rp1,6 miliar) serta mengiming-imingi dirinya dengan akses untuk mendapat kewarganegaraan di Uni Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan percakapan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev untuk membahas kecelakaan pesawat AZAL di dekat Aktau. Pemimpin Rusia itu mengatakan bahwa pertahanan udara negara itu menangkis serangan pesawat nirawak Ukraina ketika pesawat itu mencoba mendarat, demikian pernyataan Kremlin.
Pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines yang terbang dari Baku menuju Grozny, Rusia, jatuh pada pagi 25 Desember di dekat kota Aktau di Kazakhstan bagian barat. Menurut Badan Federal Transportasi Udara Rusia (Rosaviatsiya), setelah pesawat itu bertabrakan dengan burung, kapten pesawat memutuskan untuk mengalihkan penerbangan ke lapangan terbang alternatif di Aktau.
Maskapai itu mengatakan 62 penumpang dan lima awak berada di dalamnya. Kementerian darurat Kazakhstan mengatakan 29 orang selamat dalam kecelakaan itu.
"Dalam pembicaraan itu, diketahui bahwa pesawat penumpang Azerbaijan, yang mengikuti jadwal yang jelas, berulang kali mencoba mendarat di bandara kota Grozny. Saat itu, Grozny, Mozdok, dan Vladikavkaz diserang oleh kendaraan udara tak berawak Ukraina, dan sistem pertahanan udara Rusia menangkis serangan tersebut," bunyi pernyataan itu.
Putin menyampaikan belasungkawa kepada Aliyev terkait insiden tragis dengan pesawat Azerbaijan yang terjadi di wilayah udara Rusia, kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa layanan khusus Rusia, Azerbaijan, dan Kazakhstan bekerja sama erat di lokasi jatuhnya pesawat di dekat Aktau.