Kisah Ahli Ibadah Penyembah Setan

Ahli ibadah menghadapi tantangan tersendiri dalam munajatnya.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi ahli ibadah.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tak semua ahli ibadah khusyuk dalam munajat dan sujud kepada Allah. Ada juga ahli ibadah yang tersesat hingga akhirnya terjungkal dalam kubangan dosa. Kisah ahli ibadah semacam itu akan dikisahkan berikuti ini.

Baca Juga


Kisah ini diceritakan Abdur Razaq, Ibnu Rawahaih, Ahmad dalam Kitab az-Zuhdu, Bukhari dalam Tarikh al Bukhari, Ibnu Jarir, Ibnu al Mundzir, Ibnu Mardawaih, yang semuanya merujuk kepada Ali bin Abi Thalib.

Ini adalah kisah tentang seorang ahli ibadah sebelum Nabi Muhammad dilahirkan bernama Barshisha. Ceritanya ahli ibadah ini adalah orang nashrani. Dia rajin sekali beribadah. Siang dan malam dia habiskan untuk asyik mengagungkan asma Allah dan larut dalam doa demi doa yang ia panjatkan untuk menggapai ridha ilahi.

Kebiasaannya berdoa membuat dirinya semakin mendapatkan kepercayaan masyarakat hingga akhirnya dia dinobatkan menjadi pendeta. Lalu dia memimpin sebuah gereja. Banyak orang datang kepadanya meminta petuah bijak dan didoakan.

Hingga suatu ketika, ada beberapa wanita yang bersaudara menyaksikan salah seorang di antara mereka menderita sakit tak berkesudahan. Kemudian mereka disarankan untuk membawa saudara itu kepada si pendeta. Di sana si sudara akan diobati hingga sembuh.

 

Sekumpulan wanita itu percaya saja dengan omongan orang. Maka dibawalah saudara mereka yang sakit kepada si pendeta yang berada di sebuah gereja. Kemudian mereka menitipkan saudaranya itu untuk berada di gereja agar menjalani proses penyembuhan.

Apa yang kemudian terjadi?

si pendeta dan wanita itu berzina hingga si wanita hamil. Kemudian setan membisikkan pesan kepada si pendeta. Hai pendeta, engkau adalah orang terhormat lagi disegani. Jika banyak orang mengetahui engkau berzina maka kehormatanmu akan hancur. Lalu bagaimana supaya tidak demikian. Bunuhlah wanita itu. Begitu pesan si setan.

Si pendeta melaksanakan perintah setan. Dia bunuh wanita itu. Kemudian dikubur secara diam-diam di dekat gereja.

Kelanjutannya

Saudara – saudara si jenazah datang ke gereja. Mereka menanyakan kabar saudaranya yang berobat di sana. Bingunglah si pendeta. Dalam kebingungan itu, setan kembali datang. Si setan berkata, sesungguhnya akulah yang menjerumuskanmu ke dalam masalah ini. Dan hanya aku yang tahu jalan keluar permasalahan ini. Setan kemudian menawarkan kepada si pendeta untuk sujud kepadanya sekali saja. Setelah itu si setan berjanji akan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kemudian si pendeta yang dikenal shalih tersebut bersujud menyembah setan. Namun setelah itu, setan menghilang dan tidak menyelesaikan permasalahan. Pendeta itu pun malu dan akhirnya harus bertanggung jawab terhadap kesalahan fatal yang sudah diperbuat.

Ibrah

Perjalanan berharga dari kisah ini adalah menjadi ahli ibadah saja tidak cukup. Harus didukung dengan ilmu yang memadai: ilmu tauhid, ilmu yang mengajarkan akhlak mulia, keteguhan iman dan islam, ilmu akidah. Kelak semua itu menjadi bekal berharga seorang ahli ibadah mengarungi lautan spiritualisme.

Kaidah umum yang dipahami para salik (pelaku tasawuf) adalah, seorang ahli beribadah yang berilmu lebih ditakuti setan daripada seribu orang ahli ibadah yang dungu.

Seorang ahli ibadah yang berilmu akan mencapai khusyu yang hakiki, merasakan kehadiran Allah sehingga tak memberikan ruang sedikitpun untuk berpaling dari Allah. Sujudnya benar-benar untuk Allah, munajatnya hanya untuk Allah, dan dzikirnya adalah ketulusan yang terucap secara zahir dan batin.

Sementara itu, ahli ibadah dungu, tolol, alias goblok, hanya sekadar menggerakkan badan, mulutnya sekadar berucap seperti beo dan tak memahami apa yang dikatakan. Yang didapat adalah pseudokhusyu, mengaku menggapai ketenangan, padahal kehampaan dan kebohongan.

Orang-orang ahli ibadah seperti ini, tampak shalih secara zahir. Terkesan baik, tapi sebenarnya enggan melaksanakan perintah Allah, seperti iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam.

Kisah setan menggoda manusia beterbaran di berbagai lembaran buku ulama. Tak hanya tentang Barshisha, ada kisah Nabi Ayyub yang sangat gigih menghadapi godaan setan yang meniupkan penyakit ke dalam hidungnya, sehingga sang nabi mengalami kudisan parah di sekujur tubuh.

Namun karena keimanan yang kokoh, sang nabi sama sekali tak menyerahkan dirinya kepada setan. Dia tak berpaling dari Allah meski hartanya habis, anak-anaknya mati, dan dikucilkan masyarakat. Ayyub senantiasa dalam munajat dan kesyukuran. Hingga akhirnya setan pun menyerah dan membiarkan Ayyub sembuh. Segala apa yang direnggut darinya, kemudian dikembalikan oleh Allah. 

Yang menarik dari seorang Ayyub adalah, dia asyik bermunajat dan tenggelam dalam samudera dzikir mengagungkan asma Allah. Hal itu membuat para malaikat di langit kagum, sehingga mereka menyebut dan mendoakan Ayyub saat bertawaf mengelilingi Baytul Makmur.

Barshisha dan Nabi Ayyub adalah sama-sama ahli ibadah. Tapi bedanya, Barshisha adalah orang tolol, sedangkan Ayyub adalah ahli ibadah yang berilmu. Bekal cahaya Allah dan ibadah menjadikan Ayyub kekasih Allah yang selalu mendapatkan perlindungan dan kearifan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler