Koalisi Netanyahu Ambyar dan ini Kandidat Pendongkel Netanyahu dari Perdana Menteri Israel

Politik internal Israel memanas akibat ulah Netanyahu dan genosida di Gaza Palestina

ap
Benjamin Netanyahu
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Genosida yang dilakukan Israel di Gaza Palestina serta gencatan senjata yang menguntungkan Hamas ternyata semakin merontokkan kekuatan politik Perdana Menteri Netanyahu. Orang nomor wahid di negara zionis Israel tersebut kini menghadapi perpecahan internal. Koalisi politik yang beberapa tahun dibangunnya terancam ambyar. Politisi oposisinya muncul yang berpotensi menggoyang bahkan mendongkel Netanyahu dari posisi perdana menteri.

Baca Juga


Sebuah laporan CNN mengungkapkan perpecahan mendalam dalam politik Israel yang dapat mengancam keberlangsungan perjanjian gencatan senjata di Gaza, meskipun Israel setuju untuk mulai berlaku pada Ahad (19/1/2025).

Sesuai kesepakatan, gencatan senjata dijadwalkan berlangsung selama 42 hari. Selama periode ini, diperkirakan 33 sandera Israel akan dibebaskan dengan imbalan ratusan tahanan Palestina, dan akan terjadi penarikan perlahan tentara Israel dari pusat kota di Gaza dan peningkatan bantuan kemanusiaan. Namun, ini bukanlah akhir perang yang permanen, dan tidak menjamin kebebasan bagi enam puluh lima sandera warga Israel yang akan tetap berada di Gaza pada akhir fase pertama ini. Israel harus menurunkan tekanannya untuk bernegosiasi lebih lanjut dengan Hamas untuk pembebasan Sandera.

Media pemberitaan tersebut menyebutkan, konstelasi politik Israel dapat menentukan apakah hal tersebut akan terjadi atau bahkan tidak sama sekali. Artinya, bisa jadi sandera dibebaskan kalau Israel lebih banyak ‘mengalah’ dalam negosiasi untuk memberikan keleluasaan kepada Hamas untuk lebih menguasai Gaza, mendapatkan akses bantuan kemanusiaan dan medis secara penuh, bahkan hingga memberikan kebebasan mengembangkan ekonomi kawasan tersebut.

Netanyahu menelan ludah sendiri

Kesepakatan yang disetujui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat mirip dengan proposal yang ditentangnya selama hampir satu tahun. Usulan yang dikritiknya mencakup gencatan senjata multi-tahap, penarikan pasukan Israel secara bertahap, dan pembebasan tahanan Palestina, dan inilah yang kini disetujui Netanyahu, sebagaimana diberitakan Asharq Awsath.

 

Kekuatan gerakan Hamas berkurang karena sejumlah tokoh pembesar mereka wafat. Namun harus diingat, regenerasi pasukan di internal Hamas berjalan sangat cepat, sehingga satu tokoh hilang maka digantikan dua, tiga, bahkan lebih, tokoh dengan kaliber yang sama, atau lebih hebat lagi. Karena itulah Israel belum mencapai “kemenangan” seperti yang dijanjikan Netanyahu sejak lama, selain juga pembebasan sandera.

Koalisi Netanyahu ambyar

Sekutu ekstremis Netanyahu di pemerintahan juga bingung dengan perubahan mendadak ini. Mereka mempertanyakan sikap Netanyahu yang semula mendukung sikap zionis ekstremis yang merupakan koalisi pendukungnya untuk terus berperang meski ratusan prajuritnya mati dan lebih dari 70 ribu pasukan IDF cacat permanen. Namun kini, Netanyahu malah mendadak menyetujui perjanjian gencatan senjata yang menurut mereka semua, merugikan Israel karena menyepakati hal tersebut menandakan kemenangan Hamas Palestina.

Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Nasional, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat pagi: “Saya mencintai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan saya akan memastikan dia terus menjabat sebagai perdana menteri. Tapi saya akan meninggalkan (pemerintah); Karena kesepakatan yang ditandatangani adalah bencana.”


 

Yang mungkin bisa menggulingkan pemerintahan Netanyahu adalah Menteri Keuangan Bezalel Smotrich yang bergabung dengan Ben Gvir untuk menarik diri dari koalisi Netanyahu. Smotrich, yang juga seorang nasionalis sayap kanan, ingin memastikan bahwa perdamaian di Gaza tidak permanen, dan bahwa Israel akan kembali berperang setelah gencatan senjata, yang diperkirakan akan menyebabkan pembebasan 33 sandera.

Meskipun kepergian Smotrich akan mengambyarkan koalisi Netanyahu, pemerintahannya mungkin akan diselamatkan oleh saingannya, Yair Lapid, dari partai oposisi Yesh Atid, yang menawarkan bantuan politik kepada perdana menteri dengan mendukungnya di badan legislatif.

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid. - (AP Photo/Ohad Zwigenberg)
 

Sumber CNN menyatakan, Lapid dan barisan pendukungnya sangat mungkin akan menggoyang hingga mendongkel posisi Netanyahu sebagai perdana menteri, bahkan mematikan karir politiknya. Dengan begitu, pemerintahan Netanyahu runtuh. Kemudian pemilu kapan pun akan terselenggara untuk memunculkan pemimpin baru.

Tidak jelas apakah Netanyahu memberikan Smotrich janji untuk mendapatkan dukungannya, namun jelas bahwa ia ingin menyelesaikan krisis ini, setelah bertemu dengan Smotrich dua kali beberapa jam sebelum gencatan senjata diumumkan di Qatar.


Pelantikan Trump

Faktor lain mengapa Netanyahu menelan ludah sendiri pada gencatan senjata ini, adalah terpilihnya Presiden AS Donald Trump. Sudah pasti Trump mendapatkan citra dan reputasi sebagai presiden Amerika yang mengakhiri perang di luar negeri. Hal itu menjadi tekanan besar Netanyahu untuk tetap mengikuti perjanjian tersebut.

Trump dinilai pantas mendapatkan pujian dan menggambarkannya sebagai perjanjian yang apik. Ini menjadi catatan bersejarah sekaligus prestasi di awal pemerintahan Trump yang selanjutnya akan membuat kehebohan baru: mencaplok Greenland dan Kanada untuk jadi bagian dari kawasan Amerika Serikat.

Jika benar Trump akan menguatkan superioritas Amerika dengan “America first” maka bisa jadi Netanyahu atau siapapun nantinya yang memimpin Israel, tidak lagi mendapatkan keleluasaan bantuan Paman Sam seperti sebelumnya.

Kata Presiden Terpilih Trump

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengatakan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Israel dan Hamas sebaiknya bertahan dan memperingatkan bahwa jika tidak, kekacauan besar akan terjadi.

"Kita akan segera melihat, dan ini sebaiknya bertahan,” kata Trump ketika ditanya tentang kemungkinan keberhasilan kesepakatan tersebut pada Sabtu (18/1).

Trump juga mengatakan bahwa dia memberi tahu kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu untuk terus melakukan apa yang perlu dilakukan.

 

“Terus lakukan apa yang perlu Anda lakukan. Anda harus memastikan, ini harus segera berakhir. Kami ingin ini berakhir, tetapi tetap lakukan apa yang harus dilakukan,” kata Trump.

Presiden terpilih itu menekankan pentingnya rasa hormat bagi AS dalam memastikan kesepakatan tersebut bertahan.

“Rasa hormat. AS harus kembali dihormati dan itu harus terjadi dengan cepat. Tetapi rasa hormat adalah kata utama yang saya gunakan,” ucap Trump.

Dia memperingatkan bahwa jika AS tidak dihormati, gencatan senjata bisa runtuh.

“Jika mereka menghormati kita, itu akan bertahan. Jika tidak, kekacauan besar akan terjadi,” katanya.

Trump juga mengungkapkan rencananya untuk bertemu dengan Netanyahu dalam waktu dekat, meskipun dia menolak memberikan rincian spesifik tentang pembicaraan yang akan datang.

 

Qatar mengumumkan perjanjian gencatan senjata tiga tahap pada Rabu malam untuk mengakhiri lebih dari 15 bulan serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dengan gencatan senjata yang akan mulai berlaku pada pukul 8.30 pagi waktu setempat (13.30 WIB) pada Minggu.

Disebutkan bahwa hampir 47.000 warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas serta lebih dari 110.700 terluka dalam perang genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan setempat.

Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November 2024 untuk Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah tersebut.



sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler