Wartawan Inggris Sebut Dukungan Ini Mudahkan Israel Lakukan Genosida di Palestina

PBNU angkat suara soal gencatan senjata Hamas Palestina-Israel.

(AP Photo/Jehad Alshrafi)
Pengungsi Palestina meninggalkan Khan Younis untuk kembali ke Rafah, menyusul gencatan senjata antara Hamas dan Israel, di Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang wartawan asal Inggris Owen Jones mengatakan genosida di Palestina berhasil dilakukan Israel berkat dukungan Media Barat.

Mereka tidak memberitakan pembantaian anak dan warga tak berdosa yang dilakukan Israel karena adanya intervensi dari manajemen redaksinya yang ditekan oleh sejumlah pihak.

Jones mengutuk aksi diam media Barat, menggambarkan sikap demikian sebagai keterlibatan Media Barat dalam pembantaian manusia dan segala bentuk kekejaman Israel di Gaza dan seluruh Palestina. Jones mengutuk para wartawan yang gagal menunjukkan solidaritas bersama koleganya untuk melawan pembantaian manusia terbesar sepanjang sejarah manusia, sebagaimana diberitakan Middle East Eye.

Pernyataan itu dia sampaikan dalam sebuah demonstrasi di London Inggris dalam rangka menyambut gencatan senjata Hamas-Israel. Aksi demonstrasi itu dihadiri 100 ribu orang yang menuntut genosida di Gaza harus diakhiri. Aksi demo itu mendapatkan pembatasan aparat kepolisian setempat.

Komentar AWG dan PBNU

Pada Ahad, 19 Januari 2025 gencatan senjata antara Israel dan Hamas dimulai. Aqsa Working Group (AWG) menilai perjanjian gencatan senjata tersebut harus dikawal dengan ketat oleh komunitas internasional.

Presidium AWG, Anshorullah mengatakan, gencatan senjata itu paling utama harus dikawal oleh PBB dan pemimpin dunia lainnya. Selain mengawasi ketat entitas Zionis Israel, penting juga menekan Amerika Serikat (AS).

"Karena negeri itu (Amerika) selalu menjadi kolaborator kejahatan Zionis Israel dari masa ke masa, termasuk saat Israel melakukan genosida di Gaza," kata Anshorullah kepada Republika, Senin (20/1/2025)

Anshorullah mengatakan, cara agar Israel mematuhi kesepakatan gencatan senjata, adalah dengan melaksanakan dua keputusan lembaga dunia. Pertama, Resolusi Majelis Umum PBB tanggal 18 September 2024 yang mewajibkan Zionis Israel angkat kaki dari Tepi Barat dan Yerusalem selambatnya pada September 2024, sekaligus menerapkan embargo senjata dan ekonomi.

 

Kedua melaksanakan perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) tentang penangkapan dan pengadilan atas rezim Benjamin Netanyahu.

"Sementara, untuk komunitas global diserukan agar terus memperkuat dukungan dan bantuan kepada Palestina melalui berbagai cara kampanye dan bantuan kemanusiaan, terutama gerakan boikot global terhadap semua yang terafiliasi dengan Zionis Israel," ujar Anshorullah.

Presidium Aqsa Working Group menegaskan, Zionis Israel memang sering berkhianat, mereka selalu melanggar berbagai perjanjian. Jangankan perjanjian gencatan senjata, bahkan partition plan tahun 1947 yang menjadi dasar pendirian apa yang disebut sebagai negara Israel saja mereka langgar.

Publik telah mengetahui bahwa Israel selalu tidak menyepakati perjanjian dan suka berbohong. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran proses gencatan senjata gagal karena Israel tidak mau menepati janji.

 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, harus ada pengawasan dan kontrol yang meyakinkan untuk menjamin keberlangsungan gencatan senjata bertahap ini benar-benar aman, lancar dan tidak ada pengkhianatan.

"Sebagai bagian dan tindak lanjut gencatan senjata ini, diharapkan proses hukum dan politik yang sudah dilakukan melalui ICJ (Mahkamah Internasional) bisa dilanjutkan tanpa dihalangi oleh veto Amerika Serikat," kata Prof Sudarnoto.

Ia menambahkan, begitu juga keputusan tentang kemerdekaan penuh Palestina, harus diyakinkan terwujud tanpa halangan di Dewan Keamanan PBB.

MUI juga Menyerukan seluruh masyarakat untuk terus meningkatkan dukungan kemanusiaan melalui lembaga lembaga kemanusiaan yang sah dan kredibel. Untuk itu, politik dan diplomasi kemanusiaan Indonesia perlu ditingkatkan.

"Diserukan kepada umat Islam dan seluruh masyarakat untuk tidak hiporia atas keberhasilan gencatan senjata ini, panjatkan syukur dan doa kepada Allah atas anugerah ini, tingkatkan ukhuwah islamiyah, basyariyah dan wathoniyah," ujar Prof Sudarnoto.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur menyambut baik upaya perdamaian dan menghentikan perang di Gaza, Palestina. Masyarakat internasional dan PBB harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan gencatan senjata dengan baik.

"Dunia Islam hendaknya bersatu bersungguh-sungguh membentuk sebuah tim pemantau dan pembangunan kembali Gaza secepatnya," kata Gus Fahrur.

Gus Fahrur berharap Presiden Prabowo Subianto ikut menyerukan kepada para pemimpin negara Arab dan sekitarnya untuk membuat gerakan dalam mengawali proses perdamaian ini.

Ia menambahkan, agar proses pembangunan pasca perdamaian dapat berlangsung dengan cepat dan permanen. "Kita berharap bantuan internasional bisa berjalan masuk dengan aman dan lancar," ujar Gus Fahrur.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler