Sholat Sunah 100 Rakaat pada Malam Nisfu Syaban, Benarkah Diajarkan Nabi?
Pada malam itu, dua malaikat mencatat amal perbuatan manusia sehari-hari.
REPUBLIKA.CO.ID, Nisfu Sya'ban bermakna hari atau malam pertengahan bulan Sya'ban (15 Sya'ban). Nisfu artinya setengah atau seperdua dan Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam perhitungan tahun Hijriyah. Kata Sya'ban berasal dari kata syi'ab (jalan di atas gunung). Dikatakan Sya'ban karena pada bulan itu ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan.
Malam Nisfu Sya'ban dimuliakan karena pada malam itu, dua malaikat, yakni Raqib dan Atid yang mencatat amal perbuatan manusia sehari-hari, menyerahkan catatan-catatan amal tersebut kepada Allah SWT.
Pada malam itu pula catatan-catatan itu ditukar dengan yang baru. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, "Bulan Sya'ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan yang diangkatkan Tuhan amal-amal. Saya ingin diangkatkan amal saya ketika sedang berpuasa." (HR An-Nasa'i dari Usamah, sahabat Nabi SAW).
Di samping itu, pada malam Nisfu Sya'ban turun beberapa kebaikan dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), pembebasan dari azab, dan sebagainya. Dengan demikian, malam Nisfu Syakban antara lain dinamakan juga malam syafaat, malam maghfirah, dan malam pembebasan.
Sehubungan dengan malam Nisfu Sya'ban yang dinamakan juga malam syafaat, Al-Ghazali mengatakan, "Pada malam ke-13 Sya'ban, Allah SWT memberikan kepada hamba-hamba-Nya sepertiga syafaat, pada malam ke-14 diberikan-Nya pula dua pertiga syafaat, dan pada malam ke-15 diberikan-Nya syafaat itu penuh. Hanya yang tidak memperoleh syafaat itu ialah orang-orang yang sengaja hendak lari dari pada-Nya sambil berbuat keburukan seperti unta yang lari."
Malam itu juga disebut malam maghfirah karena pada malam itu Allah SWT menurunkan ampunan-Nya kepada segenap penduduk bumi. Di dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan, "Tatkala datang malam Nisfu Sya'ban, Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang yang syirik dan berpaling pada-Nya." (HR Ahmad).
Malam Nisfu Sya'ban juga disebut malam pembebasan karena pada malam itu Allah SWT membebaskan manusia dari siksa neraka. Sabda Nabi SAW di dalam hadis yang diriwayatkan Ibn Ishak dari Anas bin Malik, "Wahai Humaira (Asiyah RA) apa yang engkau perbuat pada malam ini? Malam ini adalah malam Nisfu Sya'ban, di mana Allah memberikan kebebasan dari neraka laksana banyaknya bulu kambing Bani Kalb, kecuali (yang tidak dibebaskan) enam, yaitu orang yang tidak berhenti minum khamr, orang yang mencerca kedua orangtuanya, orang yang membangun tempat zina, orang yang suka menaikkan harga (secara aniaya), petugas cukai (yang tidak jujur), dan tukang fitnah." Dalam riwayat lain disebutkan tukang pembuat patung atau gambar sebagai ganti petugas cukai.
Salah satu amal yang dilakukan sebagian orang pada malam Nisfu Sya'ban adalah shalat sunah Nisfu Sya'ban sebanyak 100 rakaat. Shalat sunah tersebut ditentang keras oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu' Syarh Al-Muhazzab (Kumpulan Penjelasan tentang Buku Al-Muhazzab). An-Nawawi memandang hadis-hadis yang menerangkan shalat tersebut adalah hadis maudu' (hadis palsu). Oleh karena itu, melaksanakan shalat tersebut adalah bid'ah.
Apa yang diungkapkan Imam Nawawi diikuti pula oleh Sayid Abu Bakar Syata ad-Dimyati (ahli tasawuf) dalam kitabnya, I'anat At-Talibin (Panduan bagi Siswa).
Rasulullah SAW hanya memperbanyak puasa saat bulan Sya'ban. Hal ini tampak dari hadis yang berasal dari Aisyah RA yang berkata, “Rasulullah SAW berpuasa hingga kami mengatakan; beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan; beliau tidak berpuasa. Dan, tidaklah aku melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan sama sekali kecuali pada bulan Ramadhan. Dan tidaklah aku melihat beliau dalam satu bulan lebih banyak melakukan puasa daripada berpuasa pada bulan Sya'ban.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam Riwayat Muslim yang lain disebutkan beliau berpuasa pada bulan Sya'ban kecuali sedikit (hanya beberapa hari saja tidak berpuasa). Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Saya berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan lainnya sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban?'
Rasulullah SAW menjawab, 'Bulan itu adalah bulan yang sering dilupakan manusia, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Dan, ia adalah bulan yang diangkat di dalamnya seluruh amalan kepada Rabb semesta alam maka aku menginginkan amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.'” (HR al-Nasa`i).
Ustaz Bachtiar Nasir menukil Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha' al-Shirath al-Mustaqim, mengatakan, banyak sekali diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban ini. Hadis-hadis Nabi SAW dan atsar-atsar (perkataan sahabat) yang menunjukkan bahwa malam ini memang ada keutamaannya. Sedangkan, mengenai amalan khusus atau shalat khusus yang dilakukan pada malam ini maka para ulama mengatakan tidak ada dasar dan dalilnya dalam syara'.
Adapun hadis berikut yang diriwayatkan dari Ali, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila malam Nisfu Sya'ban maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman, 'Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rezeki maka Aku akan memberinya rezeki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit fajar.” (HR Ibnu Majah).
Kebanyakan para ulama hadis menilai hadis ini maudhu' (palsu) karena dalam sanadnya ada perawi yang terkenal sebagai pemalsu hadis Nabi SAW, yaitu Ibnu Abi Sabrah. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma'in mengatakan bahwa ia biasa memalsukan hadis.