Pengamat Militer Zionis Ungkap Ketakutan Elite Israel Saat Serangan 7 Oktober 2023

Israel melakukan evaluasi besar terkait kegagalan pertahanan 7 Oktober 2023 Hamas.

AP Photo/Tsafrir Abayov
Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Serangan 7 Oktober 2023 yang dilakukan Hamas menjadi momok yang merusak reputasi militer Israel. Selama ini tentara zionis dikenal memiliki teknologi super canggih dan intelijen yang andal. Namun karena Operasi Badai al Aqsa yang terjadi beberapa bulan jelang pergantian tahun menuju 2024 itu, segala label positif terkait militer Israel runtuh.

Koresponden media Israel Kan untuk urusan militer Carmela Menashe mengungkapkan bahwa ketika Hamas menyerang Israel dalam Operasi Badai al Aqsa, elite Israel bergegas lari menuju bangker berpelindung super. Mereka khawatir ditawan atau ditembak mati para pejuang perlawanan.

Dalam Operasi Badai al Aqsa, sebagian pejuang Hamas terbang menggunakan alat sederhana untuk melewati perbatasan di saat penjagaan area perbatasan lemah. Kemudian mereka menembaki pasukan perbatasan sehingga dalam waktu singkat Hamas berhasil menguasai pos pos penjagaan.

Kemudian mereka menculik orang-orang di Israel untuk kemudian dibawa ke Gaza. Di sana mereka menjalani masa penawanan hingga lebih dari satu tahun. Masa ini tidaklah berjalan mulus. Sebab mereka kerap berpindah-pindah untuk menghindari serangan udara militer Israel yang tega membunuh warganya sendiri, alih-alih berupaya serius membebaskan mereka.

Saat operasi berlangsung, militer dan elite negara zionis ternyata mengalami ketakutan tinggi. Mereka bersembunyi karena khawatir Hamas akan datang kepada mereka. Mereka selama ini berani mencaci maki Hamas. Namun ketika pasukan perlawanan itu masuk sedikit saja ke wilayah Israel, mereka mengalami ketakutan bukan main.

Menashe mengatakan demikian untuk merespons juru bicara militer Israel Daniel Hagari yang kabarnya mengalami hambatan untuk kenaikan pangkat. Menashe mengatakan, di saat para elite Israel bertindak seperti pecundang dan dilanda ketakutan, Hagari justru bergabung bersama pasukan militer dan memantau langsung pasukan Israel kembali merebut daerah yang semula dikuasai Hamas.

Baca Juga


Menashe mengatakan bahwa Hagari "adalah satu-satunya yang tetap hadir pada hari pertama perang, sementara yang lainnya bersembunyi di ruangan-ruangan berbenteng."

 

Koresponden urusan militer Channel 13 Or Heller mengatakan bahwa Hagari bukan bagian dari kegagalan 7 Oktober 2023.

Sejumlah kantor Berita Israel memberitakan, Menteri Pertahanan Yisrael Katz enggan menaikkan pangkat Hagari menjadi mayor jenderal karena perwira ini dianggap mengancam stabilitas.

Opsi yang akan ditempuh kementerian pertahanan adalah mengusulkan Hagari untuk pensiun setelah pengabdiannya sebagai tentara Israel selama 30 tahun.
Langkah ini akan disamakan dengan apa yang dialami Kepala Staf Militer sebelum Eyal Zamir, Herzi Halevi yang mengakui kegagalan bertugas karena keberhasilan Operasi Badai al Aqsa 7 Oktober 2023.

Israel dipasa lanjutkan perundingan dengan Hamas

Mediator gencatan senjata Gaza terus berupaya mendesak Israel melakukan perundingan tahap kedua perjanjian, demikian ungkap kelompok perlawanan Hamas pada Kamis.

"Para mediator (Mesir, Qatar, dan AS) terus melakukan kontak untuk memastikan pelaksanaan fase-fase tersisa dari kesepakatan gencatan senjata dan memaksa pendudukan untuk memulai negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan tersebut," sebut pernyataan Juru bicara Hamas Hazem Qaseem.

"Hamas tetap dengan komitmennya atas semua tahap perjanjian, dan berharap kontak yang dilakukan mediator akan mengarah pada penerapan seluruh tahap perjanjian oleh pendudukan Israel," tambahnya

Pada Rabu, Presiden AS Donald Trump mengancam Hamas dengan "konsekuensi berat" jika kelompok itu belum membebaskan sandera Israel baik yang hidup ataupun jenazah mereka.

Hamas menolak untuk melanjutkan perjanjian berdasarkan persyaratan ini, dan bersikeras agar Israel mematuhi ketentuan gencatan senjata dan segera memulai negosiasi untuk tahap kedua, yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan penghentian total perang.

 

Perjanjian gencatan senjata tiga tahap yang disetujui Hamas-Israel mencakup pertukaran tahanan, di mana semua tawanan Israel – hidup dan mati – akan dikembalikan sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina di penjara Israel.

Sejauh ini, 25 sandera Israel dan delapan mayat telah dibebaskan sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina di bawah tahap pertama perjanjian gencatan senjata.

Namun setelahnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk melanjutkan perundingan tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata Gaza. Sebaliknya, ia ingin memperpanjang tahap pertama kesepakatan yang berlangsung selama enam minggu.

Israel kemudian mulai menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza pada Minggu, hanya beberapa saat setelah tahap pertama gencatan senjata berakhir.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler