Suriah di Ambang Perang Saudara Usai Assad Terguling, Israel Makin Merajalela

Israel membombadir Suriah dengan dalih melindungi komunitas Druze.

Ap Photo
Puing-puing yang berserakan di lokasi serangan Israel di pangkalan udara militer dekat Hama, Suriah, Kamis, 3 April 2025. Pada awal Mei, Israel kembali melancarkan serangan udara ke Suriah.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Militer Israel membombardir wilayah pinggiran Damaskus, Suriah pada Kamis dan Jumat pekan ini, sambil mengeluarkan ancaman kepada kepemimpinan Presiden Ahmed al-Sharaa. Serangan Israel terhadap negara berdaulat itu dilancarkan dengan dalih merespons kerusuhan di kawasan yang dihuni komunitas Druze di Suriah.

Kerusuhan mulanya pecah pada Senin (28/5/2025) malam, Jaramana, di selatan pinggiran Damaskus, setelah rekaman audio tersebar di media sosial berisi suara seorang pria diduga menghina Nabi Muhammad SAW. Suara dalam rekaman audio itu disebut keluar dari mulut seorang ulama Druze. Namun, seorang ulama Druze lainnya, Marwan Kiwan mengatakan, dalam sebuah video bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas rekaman audio yang tersebar dan membuat marah kaum Muslim Sunni. 

Berdasarkan laporan Times of Israel, empat hari bentrokan antara milisi bersenjata pro-pemerintah dan kelompok sekte minoritas di Suriah menewaskan hampir 100 orang dan memicu kekhawatiran dunia akan meledaknya konflik sekterian yang mematikan. Bentrok antara kelompok bersenjata dan pejuang Druze pekan ini dilaporkan yang terburuk sejak tergulingkan kepemimpinan Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024, yang mana keluarganya telah memimpin Suriah selama hampir lima dekade.

Usai bentrokan pecah di Jaramana, pertempuran kemudian menyebar ke daerah pinggiran di selatan kota Sakhnaya, yang memicu Israel melancarkan serangan udara pertamanya terhadap pasukan senjata pro-pemerintah. Aksi militer itu sebagai respons atas tekanan dari komunitas Druze di Israel, yang membuat pemerintahan Benjamin Netanyahu bersumpah untuk juga melindungi komunitas Druze di Suriah dan mengingatkan kelompok-kelompok Islam agar tidak memasuki kantong-kantong komunitas Druze.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bahkan mengeluarkan ancaman terbuka, “Jika kekerasan terhadap warga Druze di Suriah tidak dihentikan, kami akan merespons dengan sangat keras.”

 

 

Apa itu komunitas Druze? 

Sektre religius Druze adalah kelompok minoritas yang muncul pada abah ke-10, bagian dari Ismailisme, sebuah cabang dari Islam Syiah. Lebih dari separuh dari total 1 juta populasi Druze, tinggal di Suriah. Kelompok kecil Druze lain tinggal di Lebanon, dan Israel, termasuk di Dataran Tinggi Golan, wilayah yang dicaplok Israel dari Suriah selama Perang Enam Hari pada 1967.

Di Suriah, komunitas Druze tinggal di selatan provinsi Swida dan pinggiran Damaskus, khususnya di Jaramanan dan Ashrafiyat Sahnaya bagian selatan. Setelah Bashar al-Assad tumbang pada Desember 2024 lalu, pemerintahan transisi berjanji memasukkan wakil Druze di pemerintahan, meski otoritas tertinggi tetap dipegang oleh kelompok militan yang menggulingkan Assad, Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS.

Pada akhir Maret 2025, 23 anggota pemerintahan baru Suriah diumumkan, dan hanya ada satu wakil Druze, yakni Amjad Badr, yang menjabat Menteri Pertanian Suriah. Di kalangan Druze sendiri, mereka dilaporkan sedikit terbelah soal bagaimana menghadapi status quo Suriah usai Assad terguling.

Sebagian besar Druze mendukung sebuah upaya dialog dengan pemerintahan transisi. Sementara sebagian lainnya menginginkan pendekatan konfrontasional, lantaran komunitas ini juga memiliki pejuang bersenjata.

Tidak hanya Druze, kelompok religus dan etnis di Suriah saat ini khawatir akan eksistensi mereka dalam sistem baru pemerintahan di bawah kepemimpinan saat ini, yang mana di antara mereka ada yang terkait dengan kelompok ekstremis. Bahkan, Presiden Ahmed al-Sharaa sendiri adalah mantan militan yang pernah menjadi anggota Al-Qaeda. Meski, al-Sharaa pernah menegaskan bahwa hak-hak kelompok etnis dan religius minoritas akan dilindungi, telah terjadi beberapa kali insiden pembunuhan berlatar belakang kekerasan sekterian sejak tergulingnya Bashar al-Assad. 

Komunitas Druze telah lama mengkhawatirkan kelompok Muslim mayoritas sejak mereka diserang oleh kelompok ISIS di selatan provinsi Sweida pada 2018. Serangan itu berakibat tewasnya puluhan orang Druze dan puluhan lainnya menjadi sandera selama empat bulan. Kala itu, kelompok ISIS menilai Druze sebagai kaum bidaah.

 

Aktor-Aktor Perlawanan di Suriah - (Republika)

 

PBB kecam Israel

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres pada Jumat (2/5/2025), mengecam serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah Suriah. Dia menyebut hal itu sebagai "pelanggaran terhadap kedaulatan" Suriah.

Dalam konferensi pers di Markas PBB, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menyampaikan, Guterres prihatin dengan meningkatnya ketegangan di beberapa kawasan di Damaskus, dan mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil. "Sekjen PBB juga mengecam pelanggaran Israel terhadap kedaulatan Suriah, termasuk serangan udara terbaru yang terjadi di dekat istana presiden di Damaskus," kata Dujarric.

Dia mendesak, Israel harus menghentikan serangan-serangan itu dan "menghormati kedaulatan, kesatuan, integritas teritorial, dan kemerdekaan Suriah."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler