Rabu 18 Mar 2020 14:48 WIB

Konsistensi Lego Bikin Produk Ramah Lingkungan

Mainan lego dibuat dari bahan zat berbasis minyak bumi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Mainan lego dibuat dari bahan zat berbasis minyak bumi (Foto: ermainan menyusun balok Lego)
Foto: EPA
Mainan lego dibuat dari bahan zat berbasis minyak bumi (Foto: ermainan menyusun balok Lego)

REPUBLIKA.CO.ID, BILLUND -- Lego berkomitmen untuk terus memperbaiki produknya menjadi lebih ramah lingkungan. Permainan bongkah plastik asal Denmark itu menargetkan pada 2030, produknya 100 persen menerapkan prinsip berkelanjutan.

Produsen tidak berencana meninggalkan plastik yang menjadi bahan dasar mainan. Sebagian besar mainan Lego terbuat dari akrilonitril-butadiena-stirena (ABS), zat berbasis minyak bumi yang digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga.

Baca Juga

"Kami ingin menggunakan plastik dengan cara yang bertanggung jawab, utamanya berkualitas tinggi sehingga tahan lama dan dapat digunakan kembali," kata Kepala Divisi Tanggung Jawab Perusahaan Lego, Tim Brooks.

Brooks mengakui keputusan tersebut dihadapkan pada tantangan teknis yang cukup kompleks. Pasalnya, Lego ingin memastikan konsumen tidak melihat perbedaan antara plastik lama dan material yang nantinya lebih ramah lingkungan.

Potongan baru harus memiliki sifat fisik yang sama, yakni kuat, berdaya rekat baik, dan warnanya tidak akan luntur dalam waktu lama. Bongkahan dengan bahan go green tersebut tentunya harus tetap kompatibel dengan potongan lama.

Perusahaan yang berbasis di Kota Billund itu kini sudah mengombinasikan dua persen dari potongan plastiknya (sekitar 80 dari 3.600 potong) dengan bahan lain. Bahan tersebut adalah biosour, polietilen berbasis tebu.

Bahan tersebut menjadi material dasar untuk bagian pohon, daun, dan semak-semak yang ada pada paket permainan. Bagian-bagian tersebut tidak harus memenuhi persyaratan saling menempel erat seperti bongkahan utama Lego.

Nama Lego berasal dari istilah bahasa Denmar Leg Godt atau play well dalam bahasa Inggris. Sejalan dengan penamaan itu, perusahaan ingin produknya dimainkan dengan baik dan menyenangkan. Sangat disarankan untuk mewariskan mainan.

Dalam riset internalnya, Lego mendapati 96 persen konsumen masih menyimpan mainannya atau memberikan ke generasi yang lebih muda. Hal itu menjadi bukti bahwa mainan Lego bukan sekadar mainan plastik sekali pakai, dikutip dari laman Phys, Rabu (18/3).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement