Ahad 29 Mar 2020 13:43 WIB

Pentingnya Berpikir Positif Selama Jaga Jarak

Menurut pakar, banyak hal positif yang bisa dilakukan selama di rumah.

Menurut pakar, banyak hal positif yang bisa dilakukan selama di rumah (Foto: ilustrasi berpikir positif)
Foto: harveymackay.com
Menurut pakar, banyak hal positif yang bisa dilakukan selama di rumah (Foto: ilustrasi berpikir positif)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpikir positif selama menjalankan social and physical distancing atau jaga jarak dengan tinggal di rumah dapat membantu menjaga kesehatan. Pasalnya, banyak hal yang bisa

"Makanya saya bilang, berpikir positif itu bagus, karena banyak hal yang bisa kita lakukan selama di rumah," kata Prof dr Purnawan Junaidi, MPh, PHd, dalam dialog di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Ahad (29/3).

Baca Juga

Purnawan juga memberikan kiat-kiatu ntuk menghalau kebosanan selama melakukan isolasi diri maupun 'physical distancing' di rumah. Menurutnya, agar tidak bosan, sebaiknya menjaga pikiran tetap positif, bertindak positif dan bersikap positif.

"Sikap positif ini baik terutama bagi kelompok usia lanjut yang tidak memiliki aktivitas kerja sehari-hari di rumah," katanya.

Untuk menjaga pikiran tetap positif, salah satu caranya adalah menyaring informasi yang diterima tentang Covid-19. Kemudian, dengan mendengarkan nasehat dan arahan dari pemerintah sebagai sumber terpercaya sehingga terhindar dari kabar-kabar bohong yang berseliwiran.

"Kita dengarkan nasehat dari pemerintah, banyak hoaks miliaran, tapi coba dengarkan nasehat yang bisa kita pegang salah satunya," kata Purnawan.

Untuk mendapatkan informasi yang benar, Purnawan menyarankan agar masyarakat mengikuti aplikasi kesehatan yang disediakan oleh 'start up' seperti Halodoc dan sebagainya. Menurutnya, seluruh 'start up' telemedis tersebut telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan BNPB untuk membantu masyarakat mendapatkan informasi yang akurat tentang COVID-19.

"Karena saya Ketua Aliansi telemedis Indonesia ikuti saja seluruh 'start up' yang ada karena kita sudah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan juga dengan BNPB," katanya.

Emeldah, Psikolog Klinis dari Ikatan Psikolog Klinis dan juga anggota Halodoc menyebutkan, kecemasan yang dialami oleh masyarakat selama menjalani 'social distancing' atau 'physical distancing' adalah hal yang normal. Menurut dia, situasi tersebut berdampak pada psikologis masyarakat menimbulkan rasa gelisah, hingga susah tidur dan sulit mengendalikan emosi, sampai suka marah-marah di rumah.

"Sebenarnya dengan gejala ini menurut kami adalah situasi yang normal dan itu adalah respon normal di kondisi yang tidak normal. Sekarang kita kondisi pandemi di seluruh dunia sedang terkena bencana alam jadi otomatis ada ketidakpastian ketakutan itu menimbulkan kecemasan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement