Rabu 01 Apr 2020 14:46 WIB

Awal April, Lintasan Komet ATLAS Bisa Dilihat Mata Telanjang

Komet ATLAS memiliki lintasan 5.500 tahun.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Komet ATLAS saat melintas pada Desember 2018.
Foto: space.com
Komet ATLAS saat melintas pada Desember 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komet C-2019-Y4 Atlas diperkirakan akan segera bisa dilihat dengan mata telanjang dalam waktu dekat. Komet ini pertama kali ditemukan oleh para astronom yang bekerja di proyek Asteroid Terestrial Last Alert System (Atlas) di Hawaii, Amerika Serikat (AS).

Komet digambarkan berbentuk seperti bola salju yang bukan berwarna putih dan berukuran besar. Namun, para astronom berharap bahwa itu mungkin mirip dengan komet Hale-Bopp. Komet ini adalah sebuah komet yang luar biasa cerah dan pernah mencapai jarak terdekat dengan Bumi pada 1997. 

Baca Juga

"Komet cenderung mengembangkan ekor panjang dan berfluoresensi ketika mereka mendekati matahari sebelum berayun kembali ke luar angkasa,” ujar McManus, seorang astronom yang berbasis di Yorkshire, Inggris dilansir YorkShire Post, Selasa (1/4).

Menurut McManus, komet ini kemungkinan terlihat dengan mata telanjang pada awal April dan mencapai pendekatan ke Bumi pada 23 Mei. Ia mengatakan komet kemungkinan datang ke dalam jarak 100 juta mil dari planet ini.

"Datang ke dalam jarak 100 juta mil dari Bumi, sangat dekat dalam hal astronomi. Itu tidak menimbulkan risiko bagi bumi, tetapi memang memiliki potensi untuk mengangkat semangat manusia ketika sedang melalui krisis saat ini,” jelas McManus.

McManus yang juga menjadi wakil dari North York Moors National Park untuk mengamati langit memiliki teleskop pembiasan 4,5 inci. Namun, ia mengatakan satu set kecil teropong akan cukup memadai untuk meningkatkan penampakan komet.

"Lihatlah ke langit Utara. Komet itu akan muncul di antara Plough dan Venus, dengan mudah terlihat sebagai benda paling terang di langit malam pada saat selain bulan. Kami berharap ini akan sama spektakulernya dengan Hale Bopp, yang terlihat di siang hari,” kata McManus menambahkan.

McManus mengatakan tidak mengetahui komposisi pasti dari komet tersebut. Namun, ia menyebut kemungkinan terdiri dari 90 persen es atau 90 persen debu, yang bisa mempengaruhi apakah ini melepaskan ekor yang spektakuler saat mendekati matahari dan gravitasi bintang ini mulai berlaku.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement