REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa virus corona tipe baru yang menyebabkan penyakit Covid-19 bisa menyebar melalui biaerosol yang dihasilkan dari pernapasan pasien. Meski demikian, panel ahli penanganan Covid-19 Amerika Serikat (AS) menilai, masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa virus Covid-19 bisa ditransmisikan melalui embusan napas.
"Hingga saat ini, tidak ada bukti yang cukup untuk mengonfirmasikan bahwa partikel ini mampu dan dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan infeksi," kata Komite Nasional untuk Penyakit Menular dan Ancaman Kesehatan Abad-21 AS, dilansir Fox News, Jumat (3/4).
Mengutip beberapa penelitian di Hong Kong, University of Nebraska, The New England Journal of Medicine, dan lainnya, panel menemukan bahwa RNA virus ada di udara tempat pasien terinfeksi berada. Namun demikian, panel juga menilai perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi penularan melalui pernapasan.
Seorang dokter ahli penyakit dalam untuk platform PlushCare, Linda Anegawa, juga menilai bahwa penelitian yang berasal dari China, Italia, dan Iran, serta artikel di New England Journal of Medicine menyediakan alasan untuk percaya bahwa virus yang menyebabkan Covid-19 dapat bertahan dalam bentuk mikrodroplet di udara. Kendati demikian, Anegawa juga mencatat, penularan dengan cara ini akan sangat tergantung pada durasi paparan.
Perdebatan tentang kemungkinan virus dapat ditularkan melalui udara kemudian memicu perdebatan mengenai pemakaian masker bagi semua orang. Pekan lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, masker bedah dan respirator N95 hanya disediakan untuk profesional medis dan responden pertama.
Tetapi awal pekan ini, tampaknya para pejabat di CDC sedang mempertimbangkan rekomendasi dan hasil studi tentang penularan lewat pernapasan. CDC juga membuka kemungkinan lahirnya rekomendasi baru agar orang Amerika mengenakan masker saat keluar rumah.
“Jika CDC memang mengeluarkan panduan seperti itu, saya harap semua akan menghormatinya. Yang pasti pedoman CDC akan dikaji secara mendalam dan penuh kehati-hatian," kata Kepala Staf Medis CDC Dr Robert Amler.