REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Al Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani (1372- 1449) menulis kitab berjudul Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun. Kitab ini membahas tentang wabah penyakit, termasuk wabah tha'un.
Akademisi UIN Syarif Hidayatullah yang juga filolog Prof Oman Fathurahman menjelaskan, salah satu yang dibahas dalam kitab tersebut adalah dipaparkannya definisi penyakit menular. Ada dua istilah yang dipakai, yakni tha'un dan waba'.
Dalam membedakan kedua ter minologi itu, Ibnu Hajar al-Asqalani bersandar pada pendapat para ulama ahli bahasa maupun kedokteran, semisal al-Khalil (pengarang kitab An-Nihayah), Abu Bakar Ibnu al- Arabi, Abul Walid al-Baji, al-Mutawalli, al- Ghazali, dan Ibnu Sina.
"Apa bedanya tha'un dengan waba'? Tha'un itu lebih khusus ketimbang waba', ujar Kang Oman menerangkan pemilahan menurut al-Asqalani dalam pengajian Ngariksa, Jumat (27/3) lalu.
Dalam bahasa kekinian, tha'un ialah wabah atau pandemi karena bisa menimpa dan menulari begitu banyak orangtak pandang jenis kelamin, usia, kebangsaan, atau agama dalam suatu wilayah atau bahkan meluas ke banyak wilayah. Adapun waba' merujuk pada penyakit menular itu sendiri. Intinya, lanjut Kang Oman, setiap tha'un adalah waba'. Tidak berlaku sebaliknya.