REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nyamuk menjadi perantara bagi penularan sejumlah virus, seperti West Nile, Zika, dan Chikungunya. Kondisi tersebut menerbitkan pertanyaan, bisakah gigitan nyamuk menularkan virus corona jenis baru penyebab Covid-19?
Awal Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, belum ada bukti yang menunjukkan Covid-19 bisa ditularkan lewat gigitan nyamuk. Akan tetapi, penyakit Covid-19 yang disebabkan virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, bisa menyerang sejumlah spesies hewan.
Secara keseluruhan, corona yang terdiri dari keluarga besar virus, termasuk MERS dan SARS, umumnya menyerang manusia. Beberapa jenis virus bisa menjangkiti jenis binatang yang berbeda, tapi belum ada kasus virus corona pada binatang yang menginfeksi manusia.
Penelitian terkini justru mengonfirmasi manusia yang menularkan virus kepada hewan. Misalnya, kasus hewan peliharaan di beberapa negara serta harimau di kebun binatang Bronx, New York, Amerika Serikat, yang terinfeksi Covid-19 setelah kontak dengan pasien positif.
"Tidak ada laporan penyebaran virus corona ke manusia oleh nyamuk," kata dokter spesialis penyakit menular dan penyakit dalam di AS, Mary Schmidt.
Jika ada, menurut Schmidt, rute penularannya akan terlihat di Timur Tengah. Schmidt memberikan referensi sebuah penelitian terhadap nyamuk yang diberi makan darah mengandung virus corona MERS.
Virus tidak serta-merta ditularkan setelah nyamuk itu terinfeksi MERS, tapi ada serangkaian aktivitas hingga virus bisa terpapar ke manusia. Nyamuk harus terus terpapar virus, kemudian virus mengalami replikasi dalam jaringan usus. Lantas, menyebar ke situs sekunder replikasi, termasuk kelenjar ludah, dan akhirnya dilepaskan ke sekresi saliva, dan terpapar ke kulit dan pembuluh darah manusia.
Mengingat temuan itu, Schmidt mengatakan bahwa nyamuk harus terus dipantau. Anjuran itu telah disambut Asosiasi Pengendalian Nyamuk Amerika (AMCA) yang berkomitmen terus memantau situasi bersama instansi kesehatan setempat, dikutip dari laman Fox News.