Rabu 29 Apr 2020 17:06 WIB

Teropong Hubble Tangkap Hancurnya Komet Atlas

Komet Atlas yang hancur saat ini terletak di dalam orbit Mars

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Dwi Murdaningsih
Komet ATLAS saat melintas pada Desember 2018.
Foto: space.com
Komet ATLAS saat melintas pada Desember 2018.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Teropong Hubble milik Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) menangkap perpecahan yang terjadi pada komet Atlas. Teleskop itu memantau sekitar 30 fragmen komet yang rapuh pada Senin (20/4) dan 25 buah fragmen lainnya pada Kamis (23/4) lalu.

Hubble juga menangkap pecahan-pecahan itu diselimuti debu komet yang disapu sinar matahari. NASA mengatakan, gambar ini memberikan bukti bahwa fragmentasi komet merupakan hal umum dan bahkan mungkin merupakan mekanisme dominan di mana inti padat dan dingin dari komet mati.

Baca Juga

"Penampilan mereka berubah secara substansial antara dua hari, sangat banyak sehingga cukup sulit untuk menghubungkan titik-titik," kata salah satu dari dua tim yang mencitrakan perpecahan komet dengan teropong Hubble dari UCLA, David Jewitt Seperti dikutip laman Phycs, Rabu (29/4).

Comet Atlas pertama kali ditemukan pada Desember 2019 lalu oleh sistem survei astronomi robotik Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Hawaii, AS. Dia mengatakan, komet sempat bersinar cerah pada pertengahan Maret.

Namun tiba-tiba cahaya komet mulai menjadi redup dan membuat para astronom berspekulasi bahwa inti es itu mungkin terpecah-pecah atau hancur. Fragmentasi ATLAS dikonfirmasi oleh astronom amatir Jose de Queiroz, yang memotret sekitar tiga potong komet pada 11 April lalu.

"Saya tidak tahu apakah ini karena potongan-potongan individual menyala dan mati ketika memantulkan sinar matahari atau karena fragmen yang berbeda muncul pada hari yang berbeda," katanya.

Sayangnya, pengamatan yang dapat diandalkan jarang terjadi mengingat fragmentasi komet terjadi dengan cepat dan tidak terduga. Hal itu membuat para astronom tidak dapat menganalisis pasti penyebab pecahnya komet tersebut.

Satu saran adalah bahwa nukleus asli berputar secara cepat menjadi potongan-potongan dari es sublimasi. Karena ventilasi ini kemungkinan tidak tersebar secara merata di seluruh komet sehingga meningkatkan potensi kerusakan.

"Analisis lebih lanjut dari data Hubble mungkin dapat menunjukkan apakah mekanisme ini bertanggung jawab atau tidak. Apapun itu, cukup spesial untuk melihat Hubble di komet yang sekarat ini," katanya.

Dia mengatakan, gambar tajam teleskop Hubble dapat menghasilkan petunjuk baru untuk penyebab perpecahan tersebut. Teleskop telah membedakan potongan-potongan sekecil ukuran rumah.

Komet Atlas yang hancur saat ini terletak di dalam orbit Mars, pada jarak sekitar 145 juta kilometer dari Bumi. Komet itu akan melakukan pendekatan terdekat ke Bumi pada 23 Mei dengan jarak sekitar 115 juta kilometer dan delapan hari kemudian ia akan meluncur dalam jarak 37 juta kilometer dari Matahari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement