Sabtu 02 May 2020 16:58 WIB

Peringati Hardiknas, Ini Saran Rektor IPB

Indonesia harus jadi bangsa pembelajar yang menjadikan segala perkembangannya

Rektor IPB Arif Satria menyampaikan orasi ilmiah saat Sidang Terbuka Pengukuhan Guru Besar IPB di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2020).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Rektor IPB Arif Satria menyampaikan orasi ilmiah saat Sidang Terbuka Pengukuhan Guru Besar IPB di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mendorong Indonesia agar dapat menjadi bangsa pembelajar sehingga bisa menyelesaikan berbagai persoalan secara tepat guna dengan ilmu pengetahuan.

"Pembelajar akan menyikapi dengan cara baru. Cara lama tidak akan bisa mengatasi tantangan masa depan," kata Arif dalam diskusi daring di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dipantau dari Jakarta, Sabtu (2/5).

Menurut dia, persoalan keahlian masyarakat dalam membaca dan menulis saja tidak cukup untuk membawa Indonesia keluar dari berbagai persoalan bangsa. Lebih dari itu, Indonesia harus jadi bangsa pembelajar yang menjadikan segala perkembangannya tidak hanya jalan di tempat.

Dia mengatakan bangsa pembelajar akan menyikapi berbagai persoalan terkini dengan inovasi. Misalnya persoalan Covid-19 saat ini tidak pernah terbayang sebelumnya. Jika wabah tersebut disikapi dengan cara-cara lama maka pandemi tersebut tidak dapat diatasi bahkan bisa memperparah kesehatan masyarakat.

Secara makro, Arif mengatakan terdapat empat bidang persoalan kebangsaan yang harus disikapi dengan cara luar biasa sehingga harus inovatif.

Empat bidang itu, kata dia, di antaranya pendidikan, ekonomi, pangan dan kesehatan yang harus digarap dengan visi jauh ke depan untuk mengantisipasi perubahan dunia yang sangat cepat.

Rektor IPB mengatakan kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini tidak pernah terpikir akan sangat berdampak. Tetapi terdapat hal-hal baik yang sebaiknya dapat diteruskan.

Dia mencontohkan sistem pendidikan saat ini harus berubah cepat ketika wabah corona memaksa masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah.

Di dunia kampus, dia mengatakan situasi Covid-19 membuat kalangan civitas akademika harus fleksibel dengan ketidakpastian situasi kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu, banyak kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan dengan tatap muka tetapi melalui daring.

Pada masa normal, kata dia, kegiatan belajar mengajar melalui telekonferensi daring masih jarang dilakukan bahkan penerapannya banyak ditentang. Tetapi kini mau tidak mau proses pendidikan harus melalui jaringan internet.

"Kuliah daring dulu banyak yang anti, sekarang menjadi keniscayaan. Dulu banyak yang menentang di era Revolusi Industri 4.0 yang terus berkembang. Mau tidak mau dosen, mahasiswa harus bisa untuk belajar online," katanya.

Kendati begitu, dia meminta pemerintah untuk responsif dengan memberi subsidi pendidikan dengan adanya keterbatasan mahasiswa dalam mengakses jaringan internet, kuota internet dan hal terkait lainnya.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement