Rabu 13 May 2020 21:15 WIB

Studi Sebut Banyak Air di Mars tapi tidak Bisa Dikonsumsi

Pada 2015 NASA mengungkap bukti mineral terhidrasi di permukaan Mars.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
NASA mengirimkan kendaraan kedua bernama Opportunity, untuk mengeksplorasi Mars dan mencari tanda-tanda adanya air, pada 25 Januari 2004.
Foto: RT
NASA mengirimkan kendaraan kedua bernama Opportunity, untuk mengeksplorasi Mars dan mencari tanda-tanda adanya air, pada 25 Januari 2004.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menunjukkan bahwa meski ada banyak air di Mars, air itu tidak layak untuk digunakan. Mars adalah yang paling sering diteliti oleh ilmuwan dalam mencari planet layak huni.

Studi ini dipublikasikan minggu ini di jurnal Nature Astronomy. Dilansir dari Inverse, Rabu (13/5) dijelaskan, untuk menemukan kehidupan di planet lain, air adalah komponen penting. Namun, temuan baru menunjukkan bahwa keberadaan air sia-sia jika air itu tidak cocok untuk menopang kehidupan.

Baca Juga

Pengamatan Mars sebelumnya menunjukkan bahwa air mengalir di Planet Merah. Pada 2015, data yang dikumpulkan oleh NASA Reconnaissance Orbiter mengungkapkan tanda mineral terhidrasi di lereng tempat garis-garis misterius menandai permukaan Mars.

Garis-garis itu tampak surut dan mengalir tergantung pada musim. Air  semakin gelap dan tampak mengalir selama cuaca yang lebih hangat dan memudar pada waktu yang lebih dingin.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa air di Mars perlu memiliki konsentrasi garam yang tinggi, atau lebih tepatnya larutan air yang dikenal sebagai air asin. Karena suhu ekstrim Mars yang rata-rata -80 derajat Fahrenheit, dan kondisi keringnya, air tawar akan membeku, mendidih atau menguap di Mars.  Namun, air garam memiliki suhu beku yang lebih rendah daripada air tawar, dan menguap dengan kecepatan lebih lambat.

Tim peneliti di balik studi baru menggunakan pengamatan pesawat ruang angkasa Mars, bersama dengan model planet. Penelitian ini untuk membuat model Mars yang memprediksi di mana air asin akan ada di Planet Merah, di sepanjang permukaannya dan permukaan bawah dangkal.

Studi ini menemukan bahwa air asin bisa menutupi hingga 40 persen dari permukaan Mars. Namun, air akan mengalir di Mars secara musiman, hanya sekitar 2 persen dari tahun Mars. Ini setara dengan 687 hari Bumi. Sedangkan permukaan bawah Mars dapat menahan air asin sekitar 10 persen dari tahun Mars.

Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa dalam skenario kasus terbaik, air garam akan ada pada suhu yang hanya setinggi -55 derajat Fahrenheit. Para peneliti menyimpulkan, suhu yang sangat dingin ini tidak cocok untuk kehidupan dalam bentuk apa pun.

"Kami telah menunjukkan bahwa pada skala planet permukaan Mars dan permukaan dangkal tidak akan cocok untuk organisme terestrial. Karena cairan hanya dapat terbentuk pada waktu yang langka, dan bahkan kemudian, mereka terbentuk dalam kondisi yang keras," kata Edgard G. Rivera-Valentín, ilmuwan  di Universitas Space Research Association (USRA) di Lunar and Planetary Institute (LPI) dan penulis utama studi tersebut.

"Namun, mungkin ada kehidupan yang belum dijelajahi di Bumi yang akan bahagia dalam kondisi ini." tambahnya.

Namun sejauh ini, kita tidak tahu bentuk kehidupan yang mungkin dapat bertahan dari kondisi lingkungan Mars yang keras.

Di sisi lain, studi baru memang memiliki lapisan perak yang sempit. Ketika badan antariksa terus mengirimkan pesawat ruang angkasa dan robot untuk menjelajahi Mars, para ilmuwan khawatir tentang kemungkinan mencemari Planet Merah dengan kehidupan terestrial dari Bumi.

Namun, sekarang kita dapat yakin bahwa meskipun kita membawa kehidupan mikroskopis kecil ke Mars, kemungkinan itu tidak akan bertahan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement