Kamis 14 May 2020 13:01 WIB

Tukar Uang Pecahan ke 'Inang-Inang' Saat Pandemi, Berisiko?

BI mengajak masyarakat untuk menukarkan uang di bank.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Reiny Dwinanda
Penjual jasa penukaran uang baru. Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat rentan terpapar virus corona ketika menukarkan uang tidak di bank.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Penjual jasa penukaran uang baru. Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat rentan terpapar virus corona ketika menukarkan uang tidak di bank.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Herawanto menyerukan masyarakat untuk menukarkan uangnya menjadi pecahan kecil di bank. Ia menjelaskan, ada beberapa risiko yang mungkin dialami dengan menukarkan uang di inang-inang, sebutan untuk orang--biasanya ibu-ibu--yang menawarkan jasa penukaran uang di tepi jalan.

"Kalau ke mereka (inang-inang), kita akan bayar lebih mahal saat melakukan penukaran uang," ujar Herawanto dalam diskusi webinar, Kamis (14/5).

Baca Juga

Herawanto mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 hal yang paling utama sekarang adalah kesehatan masyarakat. Menukarkan uang kepada penjaja di pinggir jalan dapat membuat jarak antarorang lebih tidak terjaga.

Selain itu, menurut Herawanto, masyarakat tidak mengetahui status kesehatan orang yang menawarkan jasa penukaran uang tersebut terkait infeksi virus corona. Di lain sisi, uang yang diberikan penjaja tersebut pun bisa saja palsu.

"Jadi saat penukaran di jalan ini resikonya jelas lebih besar. Kalau di perbankan sudah ada protokol kesehatan Covid-19 yang dilakukan," papar Herawanto.

Herawanto mengatakan, dari hasil pantauannya, sejak pandemi Covid-19  dan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), jumlah inang-inang yang biasa turun ke jalan semakin berkurang. Terlebih, tidak banyak warga yang lalu lalang. Mereka pun kesulitan menjual uang pecahan kecil.

"Sampai saat ini, inang-inang kalau di Bandung saja sudah sedikit sekali. Turun, karena PSBB dan physical distancing jadi mereka tidak bertransaksi," katanya.

Senada dengan Herawanto, Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Rupiah (SP PUR) Bank Indonesia Perwakilan Jabar, Syafii, mengatakan, penukaran uang di pinggir jalan berisiko cukup besar. Ia mengungkapkan, ada risiko selisih kurang dan risiko uang palsu.

"Untuk kali ini, risikonya bertambah karena rawan penyebaran covid-19. Kan transaksi berdekatan banget. Kalau bank kan psychal distancing dijaga, hand sanitizer disiapkan," paparnya.

Syafii mengatakan, tahun sebelumnya BI bekerja sama dengan kepolisian untuk menertibkan inang-inang ini agar tak menganggu lalu lintas. Sebab, biasanya mereka berbaris di Jalan merdeka, depan Kantor BI.

"Tapi kali ini, inang-inang itu cuma ada satu-dua saja. Kan jalannya sepi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement