Senin 18 May 2020 14:30 WIB

Pandemi Mengguncang Ekonomi

Bumi tak hanya dihuni oleh spesies manusia, tetapi juga ada spesies virus.

Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Riyanda Barmawi*

Kemunculan wabah virus Corona atau Covid-19 turut memicu ketakutan dan panik massal lantaran implikasi kompleks yang dihasilkan dapat berkulminasi jadi krisis kemanusiaan. Terhitung sejak akhir Desember 2019 virus yang semula terjadi di suatu lokalitas dengan cepat berekspansi ke ratusan negara di berbagai benua.

Tak heran bila orang begitu panik atas kondisi memilukan ini mengingat sampai detik ini belum juga ada vaksin yang cukup efektif dalam menangkal Covid-19. Sedangkan para ilmuan juga tak mengetahui pasti kapan kiranya pandemi ini akan berlalu.

Ketidakpastian merupakan kata yang tepat tuk menggambarkan kondisi sekarang ini. Suatu kondisi yang sebelumnya tak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Betapa tidak? Kapitalisme kini ada di tubir kehancurannya. Seluruh aktivitas sosial ekonomi sekarang nyaris sekarat, karenanya sirkulasi kapital pun turut terganggu.

Peristiwa ini mesti jadi catatan penting bagi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf yang sebelumnya sempat meremehkan wabah covid-19. Kini para pemangku kebijakan dihadapkan pada tantangan mengatasi wabah tanpa harus mengorbankan ekonomi. Dalam konsepsi Anthony Giddens ini merupakan problem dualitas yang mana ada keterkaitan erat antara keduanya yang tidak bisa sala satu direduksi dan/atau dinegasi untuk yang lainnya.

Kuncinya ada pada kebijakan yang unggul –meminjam istilah Rian Nugroho– agar supaya problem epidemi serta instabilitas ekonomi dapat teratasi dengan baik. Karena itu sinkronisasi dan konsistensi kebijakan antara pusat-daerah merupakan hal elementer yang mesti “diimani”. Tanpa itu, mustahil dua persoalan itu dapat diatasi– dan, setiap kali terjadi kematian akibat coronavirus itu adalah bentuk sellow motion genoside yang dilakukan negara.

Menolak Pandangan Konspiratif

Adalah suatu kewajaran manakala setiap terjadi peristiwa berskala besar dengan melibatkan ragam kepentingan, teori konspirasi selalu hadir menyertainya. Dalam kasus Covid-19, semisal, banyak yang meyakini bila wabah ini merupakan konspirasi elite global. Bahkan ada yang menautkan wabah ini sebagai buntut dari perang dagang AS-Cina.

Menilik wacana yang berkembang, memang nuansa antagonisme AS-Cina yang saling tuding-menuding akan sumber wabah begitu tampak. Tetapi, kalau kita terlarut dalam pertarungan wacana hegemonik semacam itu, justru aspek struktural yang jauh lebih substansial jadi terabaikan.

Saya percaya bila wabah covid-19 bukan peristiwa yang terisolir. Wabah ini sangat terkait dengan kerja-kerja dari logika kapitalisme yang selama ini turut melapangkan jalan bagi proses deforestasi berskala besar. Seperti diungkap biolog evolusioner, Rob Wallace, dalam studinya, “Big Farms Make Big Flu”, menjelaskan bila peristiwa epidemiologi miliki korelasi dengan perkembangan pertanian industrial.

Eksploitasi atas alam telah merusak tatanan alam sebagai satu entitas penting bagi manusia dan virus. Satu hal yang kerap dilupakan adalah bumi tak hanya dihuni oleh spesies manusia, tetapi juga ada spesies virus. Manakala kerja-kerja destruktif kapitalisme yang melapangkan jalan bagi deforestasi dan alih fungsi lahan turut merusak habitat beragam spesies, termasuk virus, sudah barang tentu mencari tempat baru –entah itu pada hewan atau manusia– demi kelangsungan adalah konsekuensinya.

Dari perspektif itu bisa dimengerti bila persoalan pandemi tidak terlepas dari persoalan kapitalisme. Terlepas benar-tidaknya pandemi ini sebagai setting elite global atau buntut dari perang dagang AS-Cina, hemat saya, itu hanya persoalan turunan namun bukan yang utama! Intinya adalah seluruh pandangan konspiratif harus diletakkan dalam kerangka logika kapitalisme. Sebab ini persoalan bagaimana merawat hegemoni dan kelangsungan akumulasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement