Kamis 04 Jun 2020 17:02 WIB

Jamu Tradisional Masih Cukup Diminati Masyarakat

Permintaan jamu tradisional masih cukup tinggi meski masuki era normal baru.

Permintaan jamu tradisional masih cukup tinggi meski masuki era normal baru (Foto: ilustrasi jamu tradisional)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Permintaan jamu tradisional masih cukup tinggi meski masuki era normal baru (Foto: ilustrasi jamu tradisional)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Racikan jamu mulai dari kunyit asam hingga empon-empon begitu populer beberapa waktu terakhir seiring pandemi COVID-19. Salah satunya, jamu bisa untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh melawan penyakit. Namun, memasuki masa normal baru benarkah jamu tak lagi diminati masyarakat di tanah air?

Dari sisi permintaan, salah satu produsen jamu, Retno Hemawati yang mengusung label Sejiwa, mengatakan, jumlah pesanan jamu justru meningkat. Bahkan saat ini ditambah varian lain semisal jeruk nipis madu dan telang nipis belakangan ini.

Baca Juga

Pesanan untuk esok hari saja di kawasan Bekasi sudah melebihi 25 botol, atau sedikit melebihi permintaan dua bulan terakhir. Menurut dia, sama seperti saat Ramadhan, pembelinya memilih varian racikan bahan alami yang menyegarkan.

"Peningkatan di bulan pertama dalam dua bulan terakhir sebelum Ramadhan ya. Untuk kunyit asam dan empon-empon masing-masing bisa nembus sampai 20-an per hari. Ini sudah mulai naik lagi kok," kata Retno, Kamis (4/6).

Sementara itu, dari sudut konsumen beberapa orang mengaku masih rutin mengonsumsi jamu hingga hari ini. Ita Purnamasari, salah satunya. Pegawai di KLHK ini menuturkan masih rajin mengonsumsi kunyit asam, beras kencur dan terkadang racikan daun sirih.

"Agar nafsu makannya baik dan haidnya lancar, tidak berbau," tutur dia yang sudah sejak setahun lalu meminum jamu. Ita biasanya mengandalkan tukang jamu yang lewat di kawasan tinggalnya karena lebih mudah ketimbang meracik sendiri.

Hal senada juga diungkapkan Choirida Ema. Perempuan berjilbab yang bekerja di kawasan Jakarta itu mengatakan terbiasa mengonsumsi kunyit asam dan beras kencur. Walau sempat berhenti, dia kembali rajin meminum jamu saat pandemi COVID-19 untuk membantu menjaga sistem imunnya.

"Seminggu paling 2-3 kali. Awalnya sih minum karena tadinya parno sama corona. Memang aku doyan saja sama dua jamu itu," ujar Ema.

Pakar kesehatan, salah satu Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania, mengatakan, jamu memiliki sejumlah manfaat untuk tubuh antara lain menguatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan dan kadar lemak tubuh.

"Intinya jamu kan banyak mengandung zat antioksidan, penguat sistem imun, mengurangi peradangan di tubuh, mengurangi kadar lemak, menstabilkan tekanan darah. Jamu kunyit asam, beras kencur bagus, sereh sama lemon bagus," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement