REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hampir 200 orang -- terdiri dari guru, kepala sekolah, jajaran direksi dan Yayasan Sekolah Bosowa yang berada di Bogor, Cilegon, dan Makasar --- bersilaturahim secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dalam acara halal bihalal yang digelar hari ini, Selasa (23/6), pukul 09.00-10.00. Acara yang dipandu oleh Wadir Dikmen Sekolah Bosowa (Bosowa School), Eko Ariyanto itu diisi tausiyah oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS.
Prof Didin Hafidhuddin menjelaskan, kondisi pandemic Covid-19 adalah sebagai ujian ketakwaan bagi semua umat Islam. Covid ini yang mampu memberhentikan pesawat terbang, mampu menutup mesjid, dan kemampuan lainnya yang tidak terbayangkan sebelumnya.
“Corona atau Covid-19 merupakan salah satu tarbiyah Ilahiyah. Allahlah yang mengendalikan. Di tangan Allahlah hidup, mati dan rezeki. Ini sebagai ayat-ayat yang harus diambil pelajaran. Semua adalah kekuasaan Allah. Oleh karena itu, manusia tidak boleh menyombongkan ilmu, harta, ataupun kekuasaan. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah,” ujar Kiai Didin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia mengajak para guru dan tenaga kependidikan Sekolah Bosowa, dan ba ngsa Indonesia pada umumnya untuk selalu berprasangka baik kepada Allah, bahkan di tengah pandemi Covid-19 sekalipun. “Yakinlah dan husnudzun kepada Allah. Percaya dan berbaik sangka,” ujar Guru Besar IPB University itu.
Menurutnya, pandemic Covid-19 pasti membawa hikmah. Hikmah itu terutama terkait perubahan. “Insya Allah, perubahan yang terjadi mengarah ke perubahan peradaban. Dengan adanya virtual dan teknologi menjadi keniscayaan. Bermunculan jamaah zoomiyah (ngaji melalui Zoom) atau youtubiah (ngaji melalui Youtube),” tuturnya.
Di bidang pendidikan, Covid-19 juga membawa hikmah, antara lain dalam penggunaan teknologi. “Covid-19 mendorong lembaga pendidikan untuk memaksimalkan penggunaan teknologi untuk belajar secara online dari rumah. Aapalagi menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) belum mengizinkan tatap muka offline. Masih sekitar 6-7 bulan kita akan menjalani kondisi seperti ini. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan Covid-19 berakhir,” tambah Kiai Didin.
Kondisi Covid-19 membuat pendidikan kembali ke rumah. Belajar dan ibadah dari rumah. Hal ini bisa diartikan kembalinya eksistensi keluarga dan eksistensi rumah tangga sebagai lembaga pendidikan pertama.
“Covid-19 mengingatkan kita tentang pertanggungjawaban kita yang utama adalah diri dan keluarga. Bukan lagi institusi pendidikan. Pendidikan yang selama ini terabaikan. Pendidikan itu tergantung kedua orangtua,” paparnya.
Covid-19 juga membawa hikmah terkait ketahanan keluarga. Selama ini banyak terjadi ghozwul fikri (penghancuran pemikiran) untuk menghancurkan keluarga, seperti LGBT, seks bebas, dan kumpul kebo. Juga, prinsip cukup menyekolahkan anak, tapi tidak mendididiknya. “Pandemi Covid-19 membuat kita kembali menjaga ketahanan keluarga,” tegasnya.
Mantan ketua umum Baznas itu mengemukakan, untuk membentuk akhlak, moral dan karakter anak-anak , ada tiga hal yang perlu diajarkan kepada anak-anak, yaitu cinta kepada nabi, cinta kepada keluarga nabi dan mendidik baca alquran agar selalu ada dalam naungan Allah.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Didin juga mengingatkan pentingnya ikhtiar menjaga kesehatan terutama di tengah pandemic Covid-19. “Kita harus terus melakukan phisical distancing (menjaga jarak). Namun social distancing perlu dikuatkan. Kedekatan secara hati tetap dipelihara. Caranya dengan silaturahmi virtual. Antara lain, melalui halal bihalal seperti ini,” tutur pakar ekonomi syariah itu.
Menurutnya, ada yang disebut bentuk, ada pula substansi. Contohnya halal bihalal secara daring. “Bentuknya pertemuan online, dan substansinya saling memaafkan, saling mendukung dengan kebaikan. Hal-hal yang perlu digali lebih lanjut adalah substansi atau muatannya. Komunikasi yang baik. Memikirkan kembali pendidikan yang indah. Utamanya menghadirkan kebersamaan,” demikian pesan Kai Didin Hafidhuddin.
Managing Director Bosowa Education, Cahyo Winarto dalam sambutannya pun mengingatkan kepada semua bahwa momen halal bihalal ini sebagai sarana saling memaafkan. Semua bisa tetap konsisten beribadah. Untuk itu, Yayasan Bosowa mengundang semua wakil lembaga pendidikan yang bernaung di bawahnya -- Bosowa School Makassar, Sekolah Alam Makassar, Bosowa Al Azhar Cilegon dan Sekolah Bosowa Bina Insani Bogor.
“Semoga halal bihalal virtual ini tidak menghilangkan makna dan nilainya. Cara mengajar kita berubah total. Terimakasih kepada kerja keras guru yang telah berupaya menghadirkan pembelajaran yang baik kepada siswa,” kata Cahyo.
Ia menambahkan, mengutip pernyataan Mendikbud Nadiem Makariem, sampai Desember 2020, kegiatan belajar masih daring. “Kami berpesan kepada seluruh insan Sekolah Bosowa untuk senantiasa berikhtiar menjaga kesehatan bersama keluarga. Caranya dengan mengikuti protocol kesehatan dengan sebaik mungkin,” ujarnya.
Cahyo menyinggung tentang Merdeka Belajar yang digagas oleh Mendikbud. “Era Merdeka Belajar mengharuskan sekolah bagus, guru bagus, dan siswa proaktif. Belajar mandiri dan kreatif. Oleh karena itu, yayasan harus bisa menjadi organisasi penggerak yang bisa menciptakan sekolah penggerak dan guru penggerak,” paparnya.
Ia menambahkan, “Sebagai penggerak, kita tidak boleh berhenti berpikir. Ciptakan para leader. Ajarkan how to be a leader. Guru sudah mengarah ke sini. Mengarah ke kebutuhan murid. Proaktif dan ikhlas. Rajinlah ikuti seminar atau webinar online. Banyak kok yang gratis. Harapannya bagaimana menjadi guru efektif. Salahsatunya seminar The 7 Habits of Highly Effective People,”, tambah Cahyo Winarto.