REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah di berbagai negara dunia telah memberlakukan langkah-langkah ketat untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19. Upaya mencegah potensi penularan dari orang-orang yang tidak memiliki gejala infeksi ini juga termasuk yang diwaspadai.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) atau CDC baru-baru ini melaporkan bahwa diperkirakan 35 persen kasus Covid-19 tidak menunjukkan gejala. Sementara, 40 persen penularan virus tampaknya terjadi sebelum pasien mengalami gejala infeksi.
Meski tingkat penularan virus oleh individu tanpa gejala tampaknya lebih rendah dibandingkan dengan yang memiliki gejala dan jumlahnya dapat berubah seiring adanya hasil penelitian lebih lanjut dari Covid-19, tindakan perlindungan pribadi, seperti menerapkan jarak fisik dan memakai masker sangat dianjurkan. Namun, ini belum menjawab pertanyaan bagaimana orang yang asimptomatik dapat menyebarkan virus?
Shabir Madhi, seorang profesor di bidang vaksinologi di University of the Witwatersrand (Wits), Johannesburg, Afrika Selatan yang juga memimpin penelitian vaksin Covid-19 mengatakan, virus corona jenis baru menyebar secara utama dari satu orang ke orang lain melalui droplet percikan liur dari pernapasan manusia dan kontak fisik langsung.
Percikan air liur atau lendir yang terinfeksi virus dapat terbawa melalui udara ketika seseorang bersin. Dilansir Health 24, ketika hal itu terjadi, partikel virus yang dipancarkan dapat dihirup oleh orang berikutnya atau dapat berakhir di permukaan benda yang sering disentuh, seperti gagang pintu. Konsep yang sama berlaku untuk orang yang terinfeksi dan tidak menunjukkan gejala.
“Saat kamu berbicara, banyak percikan yang kelar dari mulut. Percikan ini sangat kecil sehingga Anda tidak bisa melihatnya dan inilah yang terjadi setiap hari,” ujar Madhi.
Droplet
Jadi, pada orang tanpa gejala, banyak virus SARS-CoV-2 di belakang tenggorokan mereka dan virus-virus itu bercampur dengan air liur. Karena itu, Madhi mengatakan saat orang-orang ini sedang berbicara, droplet ukuran kecil yang terkontaminasi, serta tetesan yang mungkin dapat Anda lihat dengan mata telanjang kemudian tersebar di udara.
Madhi mengatakan bahwa droplet yang berukuran lebih besar biasanya langsung jatuh ke bawah segera karena tarikan gravitasi. Tetapi, ini juga berarti bahwa tetesan mungkin mencemari permukaan benda.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, virus dapat tetap di atas benda seperti plastik selama 72 jam dan di atas kardus selama 24 jam. Pasien tanpa gejala dapat mencemari banyak permukaan benda.
Pelaporan tambahan oleh Health Day mencatat bahwa pasien Covid-19 asimptomatik memiliki kemungkinan yang sama dengan mereka yang memiliki gejala dalam hal mencemari beberapa permukaan benda di kamar mereka. Laporan ini didasarkan pada studi baru pengambilan sampel permukaan dan udara dari enam ruang tekanan negatif, unit perawatan non-intensif (ICU) terhadap 13 pasien yang dikonfirmasi laboratorium, di mana dua di antaranya tidak menunjukkan gejala.
Para peneliti mengumpulkan sampel dari permukaan seperti gagang pintu, lampu, dan bantal, serta menemukan bahwa lingkungan pasien di ruang isolasi tekanan negatif non-ICU untuk pasien yang asimptomatik, atau dengan penyakit ringan, sangat terkontaminasi oleh virus. Tim menekankan perlunya pembersihan menyeluruh dari area yang ditempati oleh pasien.
Sementara itu, Madhi mengatakan, dalam kasus droplet berupa microdroplet, ini dapat berada di udara selama 10 menit, tergantung pada jenis ruang. Droplet ukuran kecil itu akan menyebar jauh lebih cepat di ruang terbuka tetapi jika Anda berada di ruangan tertutup dengan semua jendela tertutup, tetesan itu dapat bersirkulasi di udara selama lima hingga 10 menit.
“Jadi, jika ada orang lain di ruang itu dan menghirup udara itu, mereka bisa terinfeksi. Tetapi yang lebih umum dari itu adalah ketika Anda berada dekat dengan orang yang Anda ajak bicara, microdroplet yang terkontaminasi yang dilepaskan dapat melakukan perjalanan pada jarak hingga sekitar 1,5 meter,” jelas Madhi.
Manfaat pakai masker
Sebelumnya, dalam artikel Health Day disebutkan ada studi yang menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus dapat dengan mudah menyebarkan partikel virus aerosolis saat mereka batuk, bernapas, atau berbicara. Madhi menekankan bahwa inilah alasan mengapa memakai masker sangat penting dalam membantu mencegah penyebaran virus.
Lebih lanjut, Madhi mengungkapkan bahwa masker mungkin tidak begitu banyak memberi perlindungan untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain di sekitar. Ia mengatakan bahwa perlu disadari, droplet tidak hanya menyebar ketika seseorang bersin, batuk, atau berbicara dengan keras.
“Pernapasan yang normal pun pada kenyataannya melepas droplet ke atmosfer,” jelas Madhi.
Belum lama ini, studi terbaru juga menemukan bahwa aerosol yang diembuskan dapat menyebarkan virus hingga hampir sejauh empat meter. Ini mengingatkan semua orang tentang pentingnya menjaga jarak fisik.