Rabu 15 Jul 2020 16:48 WIB

UMM Tekankan Pentingnya Kaji Islam dari Banyak Tokoh

Perbedaan ijtihad para ulama pada dasarnya menjadi rahmat bagi semesta alam.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melaksanakan kegiatan kajian bersama dengan Kyai Haji Ahmad Baha
Foto: Tangkapan layar
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melaksanakan kegiatan kajian bersama dengan Kyai Haji Ahmad Baha

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan, menekankan pentingnya mengkaji Islam dari banyak tokoh. Hal ini yang menbuatnya dan sejumlah jajaran UMM bersilaturahim kepada Kiai Haji Ahmad Baha'uddin Nursalim di Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA Rembang, Jawa Tengah (Jateng).

Menurut Fauzan, mengkaji dalam rangka belajar itu penting untuk tidak hanya memahami ajaran agama Islam dari satu sisi. Sebab, ajaran agama pada dasarnya diturunkan untuk semua umat. "Maka terjadinya perbedaan ijtihad-ijtihad para ulama itu pada dasarnya menjadi rahmat bagi semester alam, rahmatan lil’alamin," katanya.

Dalam pengajian, KH Ahmad Baha'uddin Nursalim menbahas fenomena banyaknya dai yang mengklaim diri untuk mengajak ke Allah dan Rasul. Padahal sesungguhnya mereka mengajak ke kelompoknya sendiri.

“Saya ini termasuk kiai yang masih orisinil. Artinya, suatu saat saya tidak laku lagi sebagai kiai, asal Islam jalan saya senang. Karena nggak penting yang populer saya itu nggak penting. Yang penting agama Islam jalan,” kata pria disapa Gus Baha' ini.

Gus Baha' juga mengajak para jamaah pengajian yang hadir untuk berkaca dari kemahsyuran ulama-ulama Nusantara terdahulu. Banyak fatwa ulama Nusantara yang dipakai oleh kelompok yang justru dianggap berseberangan.

Beberapa di antaranya seperti Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Nawawi Banten, atau Syaikh Bagir Nur Jogja. "Mereka berhasil menampilkan wajah agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin," ujarnya.

Mengenai hal itu, Gus Baha' sempat mengutip cerita dari gurunya, KH Maimun Zubair. Cerita ini tentang tafsir Alquran surat al-Anbiya ayat 107. Dalam hal ini menjelaskan perbedaan manusia berdasarkan agama, suku, etnis dan ras tidak berlaku bagi risalah kerasulan nabi.

Gus Baha' meyakini Allah SWT tidak mungkin menghasilkan ulama produk Arab saja. Allah SWT pasti akan memunculkan ulama dari bangsa lainnya termasuk Indonesia. "Kenapa? Kata Mbah Mun, manusia ini semua kena khitabnya Islam. Kalau tidak ada ulama yang dari berbagai negara, kesannya agama Islam ini hanya milik orang Arab. Itulah kenapa Allah bikin ulama non-Arab,” jelasnya.

Menurut Gus Baha', Allah SWT ingin memaklumatkan orang yang bukan Arab pun bisa belajar Islam. Bahkan, tingkat kealimannya tidak kalah dengan orang Arab. Hal ini yang menjadi tugas bersama bagaimana agar orang Arab juga bisa belajar Islam di Indonesia.

"Bahkan saat ini liga umat Islam dunia juga orang Indonesia masuk di dalamnya. Saya berharap ulama ini bisa lahir dari Malang, terkhusus dari UMM," kat dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement