Rabu 29 Jul 2020 07:30 WIB

Gejala dan Penanganan Anak Alergi Susu Sapi

Orang tua diserukan untuk tanggap alergi susu sapi pada anaknya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Susu sapi (Ilustrasi). Protein pada susu sapi, yaitu kasein dan whey, merupakan zat yang dapat memicu timbulnya reaksi alergi pada anak-anak.
Foto: Boldsky
Susu sapi (Ilustrasi). Protein pada susu sapi, yaitu kasein dan whey, merupakan zat yang dapat memicu timbulnya reaksi alergi pada anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Protein susu sapi merupakan penyebab alergi makanan terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia. Di Indonesia, angka kejadian alergi susu sapi berkisar antara 0,5-7,5 persen. Bagaimana cara menangani anak dengan alergi susu sapi?

"Tanggap alergi dengan 3K, yakni kenali, konsultasikan, dan kendalikan," ungkap Senior Brand Manager SGM Explor Advance+Soya Anggi Morika Septie dalam webinar "Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju" yang disimak di Jakarta, awal Juli.

Baca Juga

Agar bisa tanggap menangani alergi susu sapi pada anak, orang tua perlu bisa mengenali gejala-gejalanya dengan benar. Anggi menyebut, ayah dan ibu bisa memanfaatkan fitur cek alergi dengan mengisi kuesioner secara online melalui laman www.generasimaju.co.id/alergianak.

Setelah mengenali gejala, orang tua perlu mengonsultasikan kondisi tersebut kepada dokter. Bila anak terdiagnosis dengan alergi susu sapi, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengendalikan alergi tersebut.

Konsultan Alergi dan Imunologi Anak Prof Dr dr Budi Setiabudiawan SpA(K) MKes juga menekankan pentingnya 3K untuk menjaga kesehatan anak dengan alergi susu sapi. Terlebih, saat ini pandemi Covid-19 masih berlangsung sehingga kesehatan anak perlu lebih diperhatikan.

"Anak dengan alergi susu sapi memiliki sistem imun yang unik dan lebih sensitif dibandingkan dengan anak lainnya," ungkap Prof Budi.

Kenali

Budi mengungkapkan ada dua macam protein pada susu sapi, yaitu kasein dan whey. Kedua macam protein ini merupakan penyebab alergi atau alergen yang dapat memicu timbulnya reaksi alergi pada anak-anak dengan alergi susu sapi.

"Kejadian dari alergi ini akan berkurang dengan bertambahnya usia," papar Budi.

Alergi susu sapi bisa menimbulkan beragam gejala, mulai gejala di saluran cerna hingga gejala umum. Gejala alergi susu sapi yang berkaitan dengan saluran pencernaan adalah diare dan kolik.

Pada kulit, gejala yang muncul bisa berupa dermatitis atopik atau urtikaria. Gejala alergi susu sapi terkait saluran napas bisa berupa rhinitis atau asma. Sedangkan gejala lain yang mungkin terjadi karena alergi susu sapi adalah anafilaksis.

"Jadi mohon sedini mungkin mengenali gejala-gejala dari alergi susu sapi," ungkap Budi.

Konsultasikan

Bila menemukan gejala-gejala yang dicurigai alergi susu sapi pada anak, orang tua perlu segera berkonsultasi kepada dokter. Orang tua tidak disarankan untuk mengambil tindakan sendiri dalam menangani gejala alergi yang dialami anak.

Pemberian tatalaksana alergi yang tidak tepat berisiko memunculkan masalah lain dan memperlambat proses ditegakkannya diagnosis. Penaganan alergi susu sapi yang tak dilakukan dengan cepat dan tepat dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.

"Jangan mendiagnosis sendiri atau bahkan mengobati atau mengambil tindakan sendiri," jelas Prof Budi.

Melalui konsultasi, dokter dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan apakah gejala yang dialami anak memang disebabkan oleh alergi susu sapi atau penyebab lainnya. Bila terbukti anak mengalami alergi susu sapi, dokter bisa membantu anak dengan memberikan tatalaksana yang tepat.

Kendalikan

Tatalaksana yang tepat diperlukan agar alergi susu sapi pada anak bisa terkendali dengan baik. Anak-anak dengan alergi susu sapi perlu menghindari pencetus alerginya, yaitu protein susu sapi serta olahannya.

Di sisi lain, anak tetap perlu mendapatkan asupan gizi yang seimbang agar proses tumbuh kembangnya berjalan optimal. ASI merupakan salah satu sumber nutrisi yang dapat menjadi solusi bagi bayi dengan alergi susu sapi. Terlebih, ASI merupakan nutrisi yang jauh lebih baik dibandingkan susu formula sehebat atau semahal apa pun.

"Ibu selama menyusui pantang (mengonsumsi) protein susu sapi. Ibu tidak boleh mengonsumsi makanan minuman yang mengandung protein susu sapi, dan produknya serta olahannya," tambah Prof Budi.

Namun, sebagian bayi mungkin tak bisa mendapatkan ASI karena alasan tertentu. Dalam kondisi ini, bayi perlu mendapatkan nutrisi dari susu formula. Alternatif yang bisa diberikan adalah formula terhidrolisis ekstensif, formula asam amino atau formula soya yang dikenal juga sebagai formula kedelai.

Pada bayi yang sudah memasuki usia enam bulan ke atas, makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan juga tak boleh mengandung protein susu sapi. Orang tua perlu lebih teliti dalam memilih bahan makanan untuk MPASI, seperti membaca label pada kemasan produk.

"Kenali, konsultasikan, kendalikan dengan tepat dan benar, mudah-mudahan diikuti bunda-bunda lainnya," jelas Prof Budi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement