REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bias ras ditemukan dalam algoritma foto Twitter. Algoritma yang digunakan Twitter untuk memutuskan bagaimana foto dipangkas di linimasa, tampaknya secara otomatis memilih untuk menampilkan wajah orang kulit putih dibandingkan orang dengan pigmentasi kulit lebih gelap.
Kejadian ini ditemukan dalam beberapa hari terakhir oleh pengguna Twitter yang mengunggah foto di platform media sosial. Dilansir dari Venture Beat, Senin (21/9), seorang juru bicara Twitter mengatakan perusahaan berencana untuk mengevaluasi kembali algoritmanya.
Tak hanya itu, media sosial itu juga akan membuat hasilnya tersedia untuk ditinjau atau ditiru orang lain.
Twitter membatalkan algoritma deteksi wajahnya pada 2017 terkait saliency detection algorithm. Algoritma itu dibuat untuk memprediksi bagian terpenting dari sebuah gambar.
Seorang juru bicara Twitter mengatakan tidak ada bias ras atau gender yang ditemukan dalam evaluasi algoritma sebelum diterapkan.
“Namun jelas kami memiliki lebih banyak analisis yang harus dilakukan,” ujar juru bicara itu.
Twitter engineer, Zehan Wang mengirim tweet bahwa bias terdeteksi pada 2017 sebelum algoritma diterapkan, tetapi tidak pada tingkat signifikan. Untuk hal ini, Venture Beat menghubungi Twitter untuk detail tambahan tentang evaluasi 2017 dan langkah-langkah yang akan diambil perusahaan untuk menilai kembali algoritma.