REPUBLIKA.CO.ID MALANG--Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Umi Fadhilah, Arga Krisna dan Wafa Nida Faida Azra memiliki ide cemerlang untuk menciptakan energi listrik. Upaya ini dilakukan dengan membuat desain generator penghasil energi listrik ramah lingkungan dari limbah aluminium.
Perwakilan tim, Wafa Nida Faida Azra menyatakan, pembuatan generator dilatarbelakangi banyaknya limbah yang berasal dari aluminium foil. "Atau kaleng bekas makanan minuman," kata Wafa.
Dari fenomena tersebut, Wafa dan tim pun menciptakan generator hidrogen otomatis. Alat ini diciptakan karena selama ini genset pada umumnya tidak ramah lingkungan. Hal ini karena menggunakan bahan bakar solar yang dapat merusak lingkungan. Generator Hidrogen Otomatis merupakan alat penghasil listrik yang berasal dari air dan limbah alumunium. "Seperti serbuk alumunium, aluminium foil atau kaleng bekas makanan minuman yang sudah tidak terpakai," ucap mahasiswa angkatan 2018 ini.
Wafa dan tim membutuhkan waktu dua bulan untuk mendesain Generator Hidrogen Otomatis. Desainnya terdiri atas beberapa komponen seperti pengolahan aluminium, chamber aquades, chamber NaOH dan reactor chamber. Kemudian gas bag, hydrogen fuel cell, converter serta electricity storage.
Generator Hidrogen Otomatis dibuat dengan teknologi berbasis automatisasi dan hydrogen fuel cell. Itu artinya, pengoperasian alat tidak membutuhkan banyak energi. "Sehingga dapat bekerja secara efektif dan efisien," ungkap Wafa.
Koordinator tim, Umi Fadhilah, mengatakan, Generator Hidrogen Otomatis mampu membantu mengurangi suhu permukaan bumi akibat gas rumah kaca. Kemudian jug dapat memanfaatkan limbah aluminium menjadi energi listrik.
Adapun cara kerja dari Generator Hidrogen Otomatis dimulai dengan mereaksikan limbah aluminium dan (H2O). Proses ini dibantu katalis NaOH sehingga akan menghasilkan hidrogen. Kemudian hidrogen tersebut akan ditampung di dalam gas bag.
Selanjutnya, hidrogen akan dikonversi menjadi energi listrik menggunakan hydrogen fuel cell. Hydrogen fuel cell ini berfungsi sebagai converter gas H2 yang menjadi energi listrik dengan cara exchange elektron. Setelah itu, listrik akan dialirkan menuju inverter dan disimpan di dalam baterai sechargeable sehingga dapat digunakan setiap saat.
Dosen pembimbing, Angky Wahyu Putranto, menegaskan, inovasi mahasiswanya berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Ia berharap, alat tersebut dapat menjadi alternatif bagi permasalahan limbah aluminium yang tidak dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu, dapat menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan akibat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan.