Ahad 04 Oct 2020 00:39 WIB

Indikator Andal Covid-19: Kehilangan Penciuman

Orang yang mengalami kehilangan fungsi indra penciuman perlu isolasi mandiri.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Ketidakmampuan mencium aroma bawang, kopi, atau parfum bisa menjadi gejala Covid-19.
Foto: Wallpaperflare
Ketidakmampuan mencium aroma bawang, kopi, atau parfum bisa menjadi gejala Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehilangan indera penciuman atau perasa secara tiba-tiba (akut) dapat menjadi indikator Covid-19 yang sangat bisa diandalkan. Kondisi ini dinilai perlu menjadi kriteria untuk isolasi mandiri, pengetesan, hingga pelacakan kontak Covid-19.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi bersama yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Medicine. Dalam studi ini, terungkap bahwa 78 persen dari orang-orang yang kehilangan indera penciuman dan/atau indera perasa ternyata terinfeksi SARS-CoV-2 atau memiliki antibodi Covid-19.

Baca Juga

Di antara orang-orang yang positif Covid-19 atau memiliki antibodi Covid-19, sebanyak 40 persennya tidak menunjukkan gejala seperti batuk atau demam.

"Temuan kami menunjukkan bahwa kehilangan indera penciuman dan perasa merupakan indikator yang sangat bisa diandalkan bahwa seseorang kemungkinan terkena Covid-19," jelas ketua tim peneliti Profesor Racher Batterham dari University College London (UCL) Medicine dan UCL Hospitals, seperti dilansir Indian Express.

photo
Parosmia dan phantosmia usik penyintas Covid-19 - (Republika)

Bila ingin menekan penyebaran Covid-19, Batterham menilai, gejala kehilangan indera penciuman dan/atau perasa perlu dijadikan kriteria untuk isolasi mandiri, pengetesan, dan pelacakan kontak Covid-19. Terlebih, saat ini dunia sedang mendekat ke gelombang kedua Covid-19.

"Pengenalan dini gejala Covid-19 oleh masyarakat disertai dengan isolasi mandiri dan pengetesan yang besar akan sangat penting untuk membatasi penyebaran penyakit," ujar Batterham.

Studi kelompok ini dilakukan pada puncak pandemi, yaitu sejak 23 April 2020 hingga 14 Mei 2020. Melalui pesan singkat, masyarakat diminta untuk melapor bila mengalami kehilangan indera penciuman dan/atau perasa secara tiba-tiba.

Sebanyak 590 partisipan lalu bergabung dan melaporkan gejala kehilangan indera penciuman dan/atau perasa yang tiba-tiba ini. Mereka juga melaporkan ada atau tidaknya gejala lain yang berkaitan dengan Covid-19. Sebanyak 567 partisipan menjalani konsultasi telemedicine.

Sebanyak 77,6 persen dari 567 partisipan terbukti memiliki antibodi SARS-CoV-2. Sebanyak 39,8 persen dari partisipan yang memiliki antibodi tersebut diketahui tidak menunjukkan gejala batuk atau demam.

Kehilangan indera penciuman tiba-tiba juga dinilai menjadi indikator yang lebih kuat. Partisipan yang mengalami kehilangan indera penciuman memiliki kemungkinan tiga kali lipat lebih besar untuk mempunyai antibodi SARS-CoV-2 dibandingkan partisipan yang mengalami kehilangan indera perasa.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menganjurkan masyarakat untuk mengecek indera penciuman mereka setiap hari. Hal ini bisa dilakukan dengan mencoba mencium aroma bawang putih, bawang bombai, kopi, atau parfum.

"(Bila ternyat amengalami kehilangan indera penciuman) masyarakat perlu mengisolasi diri dan mencari tes swab PCR virus corona," kata Batterham.

Sebelumnya, telah diketahui bahwa Covid-19 dapat menyebabkan kehilangan atau penurunan fungsi indera penicuman (anosmia) ataupun perasa, tanpa disertai gejala batuk atau demam. Akan tetapi, data sebelumnya hanya memiliki kisaran prevalensi sebesar 31-85 persen pada pasien Covid-19.

Ini merupakan studi pertama yang menemukan dan mengkalkulasikan anosmia dan kehilangan indera perasa sebagai indikator Covid-19. Studi ini dibiayai oleh National Institute for Health Research Biomedical Research Centre di UCLH.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement