REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Meskipun kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Yogyakarta menunjukkan grafik melandai, pemerintah daerah setempat tidak akan terburu-buru kembali membuka sekolah dan menyelenggarakan belajar tatap muka.
"Temuan kasus positif di Yogyakarta memang cenderung melandai, tetapi kasus di daerah lain di sekitar Kota Yogyakarta masih fluktuatif. Ini yang juga harus menjadi pertimbangan untuk membuka kelas tatap muka, karena banyak siswa dari luar daerah,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Kamis (15/10).
Selain itu, pembukaan sekolah tatap muka membutuhkan persetujuan dari orang tua wali siswa. Belum semua orang tua memiliki kata sepakat memberikan izin kepada anak mereka mengikuti pembelajaran di sekolah secara langsung.
“Artinya, hingga saat ini di Kota Yogyakarta masih menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh. Apalagi, kuota data untuk pembelajaran jarak jauh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah diterima siswa," katanya.
Jumlah penerima bantuan kuota pembelajaran jarak jauh di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 95 persen untuk siswa, sehingga sangat membantu pelaksanaan pembelajaran secara daring.
Di Kota Yogyakarat terdapat 175 SD dengan total 43.861 siswa dan 65 SMP dengan 20.268 siswa.
“Untuk mengatasi kesulitan siswa di mata pelajaran tertentu, ada pertemuan terbatas maksimal 10 siswa dengan protokol kesehatan ketat, misalnya untuk baca tulis dan hitung. Ini bagian dari konsultasi untuk siswa.” katanya.
Sebelumnya, Heroe yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Yogyakarta menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap upaya pencegahan yang selama ini sudah dilakukan.
“Harapannya, penurunan kasus ini memang terjadi karena penularan berkurang, bukan karena hasil tracing menurun sehingga temuan kasus pun turun,” katanya.
Berdasarkan data corona.jogjakota.go.id pada Rabu (14/10) terdapat tambahan dua kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sehingga masih ada 43 kasus positif aktif di Kota Yogyakarta, 380 pasien sembuh, dan 17 pasien meninggal dunia.
Dari 14 kecamatan di Kota Yogyakarta terdapat empat kecamatan tanpa kasus aktif, yaitu Ngampilan, Mergangsan, Kraton, dan Gondomanan, sedangkan kasus aktif terbanyak berada di Umbulharjo dengan tujuh kasus aktif.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budhi Asrori memastikan kegiatan pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah belum digelar secara normal.
“Yang kami lakukan sebatas membuka program konsultasi pembelajaran dengan peserta sangat terbatas untuk memfasilitasi siswa yang kesulitan mengakses pembelajaran daring dan mata pelajaran yang sulit disampaikan secara daring,” katanya.
Salah satu contohnya adalah pembelajaran baca tulis hitung untuk siswa kelas 1 SD. “Itu pun dilakukan dengan jumlah peserta terbatas dan harus ada izin orang tua siswa,” katanya.
Meskipun demikian, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tetap melakukan persiapan pemenuhan sarana dan prasarana pendukung protokol kesehatan di sekolah, salah satunya memberikan bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) khusus untuk pemenuhan wastafel dan thermogun.
Bosda khusus untuk TK hingga SMP negeri di Kota Yogyakarta tersebut dialokasikan melalui APBD Perubahan 2020. “Yang harus diutamakan adalah keselamatan semua pihak di sekolah,” katanya.