Senin 19 Oct 2020 18:02 WIB

Pintar dan Berisik, Ini Fakta-Fakta Kakatua Jambul Kuning

Kakatua jambul kuning ternyata kidal dan dapat hidup selama 100 tahun.

Seekor kakatua jambul kuning terbang berada di kandang habituasi Kementerian Kehutanan di Jayapura, Papua.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Seekor kakatua jambul kuning terbang berada di kandang habituasi Kementerian Kehutanan di Jayapura, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Burung kakatua dikenal sebagai salah satu hewan yang pintar. Tapi tahukah Anda jenis kakatua jambul kuning ternyata kidal? Hewan ini ternyata dapat hidup selama 100 tahun

Burung kakatua yang berevolusi 95 juta tahun yang lalu di benua kuno Gondwana merupakan beberapa burung terpintar yang ada. Istilah "kakatua yang pintar" tidak muncul begitu saja.

Baca Juga

"Mereka setara dengan simpanse dalam hal kecerdasan," kata pakar burung Gisela Kaplan dari Universitas New England.

Ini karena mereka mengemas banyak neuron ke dalam otak mereka, yang diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemrosesan yang kompleks.

"Hal itu mendorong hewan ini untuk menggunakan kaki yang satu dibandingkan kaki lainnya. Dan kakatua jambul kuning ini kidal."

Mereka bisa menyeimbangkan diri dengan satu kaki sementara mereka makan dengan kaki lainnya. Mereka juga mampu mempelajari segala macam hal baru yang membantunya bertahan hidup di lingkungan yang berbeda, bahkan di kota.

Kakatua jambul kuning ini adalah salah satu spesies kunci yang menjadi target proyek sains warga Big City Birds, yang mempelajari seberapa pintar burung dapat beradaptasi dengan kehidupan di kota

Misalnya, beberapa kakatua belajar cara membuka tempat sampah untuk mencari makanan dan membuka keran saat mereka haus. Tampaknya burung mempelajari keterampilan ini dengan meniru burung lainnya.

photo
Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) (ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA )

Apa yang mereka makan?

Kakatua jambul kuning liar sangat bergantung pada buah beri, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Para peneliti juga ingin memperoleh informasi berdasarkan pengamatan masyarakat tentang apa yang mereka makan di kota.

Menurut John Martin, dari proyek Big City Bird mengatakan ketika kakatua ini berkeliaran di halaman, mereka mungkin membantu Anda karena memakan gulma atau benalu sebelum tanaman ini menjadi berduri.

Mereka juga akan makan makanan dari manusia, meski belum tentu baik untuk mereka. Kadang-kadang Anda akan melihat segerombolan burung yang sibuk menggigit dahan dan daun dari pohon tetapi menjatuhkannya ke tanah.

Saat ini terjadi, mereka tidak sedang makan, tetapi mereka kemungkinan besar sedang menjaga paruh mereka tetap rapi dan tajam.

Mengapa mereka menyebabkan banyak kerusakan?

Paruhnya yang kuat, misalnya memecahkan kacang macadamia, membuat burung-burung ini memiliki reputasi yang buruk. Para petani justru menganggap burung ini sebagai penghancur.

Sebagai spesies asli mereka seharusnya dilindungi, namun terkadang justru ditembaki. Ini ilegal di Australia, kecuali jika dilakukan oleh mereka yang memiliki izin khusus untuk mengendalikan mereka sebagai hama.

Burung-burung ini merusak bangunan. Mereka pernah menyebabkan kerusakan senilai sekitar Rp500 juta) pada atap National Herbarium of New South Wales. Dalam kasus lain, kerusakan senilai sekitar Rp800 juta pada kabel jaringan broadband.

Tidak jelas mengapa mereka melakukan hal semacam ini. "Bisa jadi ini merupakan salah satu kelakuan buruk mereka," kata Dr John Martin.

Mungkin saja itu dilakukan karena kebosanan atau bermain-main. Tidak semua kakatua berperilaku seperti ini.

Dia mengatakan, perlu ketekunan dalam mengusir mereka. Anda dapat menyemprotnya dengan air, memasang kawat di atas pagar, atau menggunakan jaring pengaman burung.

Profesor Gisela Kaplan mengatakan, beberapa kerusakan yang disebabkan oleh kakatua mungkin disebabkan oleh manusia yang telah menyingkirkan begitu banyak habitat alami burung.

Mengapa mereka sangat berisik?

Satu hal yang terkenal dari kakatua jambul kuning adalah pekikan mereka yang keras. Pekikannya bisa sangat memekakkan telinga jika dilakukan burung pintar ini dalam rombongan besar.

"Yang terburuk yang pernah saya dengar adalah suara kawanan 150 ekor kakatua yang terdengar seperti kereta barang. Itu menakutkan," kata Profesor Gisela.

Dia mengatakan perilaku ini berevolusi sebagai cara untuk menakut-nakuti calon predator, meskipun hanya sedikit yang tersisa saat ini. Mereka memiliki bentuk panggilan lain yang lebih pendek untuk komunikasi, tambahnya.

Profesor Gisela Kaplan mengatakan kakatua juga berkomunikasi dengan mengubah bentuk lambang kuning mereka dan menggabungkannya dengan postur tubuh yang berbeda untuk menunjukkan kewaspadaan, ketersediaan atau sesuatu yang lebih ringan.

Apa yang kita ketahui tentang kawanan kakatua?

Dr John Martin dan rekannya mengumpulkan puluhan ribu laporan dari ilmuwan dan warga selama delapan tahun untuk memetakan pergerakan burung di wilayah Sydney, Australia.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kawanan yang berjumlah sekitar 50 hingga 100 cenderung menghabiskan seluruh waktu mereka baik tidur atau makan di area kecil seluas 5 kilometer persegi.

"Saya terpesona oleh betapa sedikitnya mereka bergerak. Mereka punya jaringan yang erat, seperti perkampungan manusia."

Seperti di perkampungan, burung-burung itu berkumpul dalam berbagai kombinasi, termasuk kelompok yang terdiri dari 5 hingga 20 burung yang merupakan pasangan terbaik. Terkadang beberapa kawanan akan berkumpul di area tertentu untuk makan bersama.

Pelacakan juga menemukan bahwa kakatua sangat egaliter dalam hal mengasuh, karena setiap pasangan secara jangka panjang bergiliran menjaga telur dan anak burung, sementara yang lain keluar mencari makan.

Anda hanya dapat membedakan jenis kelamin burung ini dari warna matanya. Yang jantan memiliki iris hitam pekat, yang betina memiliki iris merah.

Ketika mereka dewasa, kakatua dapat hidup untuk waktu yang lama - mungkin 40 tahun di alam liar hingga lebih dari 100 tahun di penangkaran.

 

sumber: https://www.abc.net.au/indonesian/2020-10-19/kakatua-jambul-kuning-mungkin-berisik-dan-merusak,-tapi-juga-pi/12782572

sumber : ABC.net
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement