REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah buku perintis teori sains yang diterbitkan oleh Isaac Newton pada 1687 telah lama dianggap sebagai buku yang sangat langka. Pada abad ke-20, hanya ada 189 edisi pertama yang dikenal di seluruh dunia.
Namun, setelah bertahun-tahun penyelidikan dilakukan, sepasang sejarawan melacak hampir 200 salinan tambahan dari buku tersebut. Dari sana, mereka menduga bahwa terdapat ratusan lainnya yang masih belum ditemukan.
Buku itu berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, yang juga dikenal sebagai 'Principia'. Ditulis dalam bahasa Latin, buku tersebut menguraikan tiga hukum gerak Newton, yang masih menjadi landasan fisika modern dan menjelaskan bagaimana gaya gravitasi membentuk orbit planet.
Salinan edisi pertama sangat berharga sehingga pada 2016 satu buku salinan dijual di lelang seharga 3,7 juta dolar AS. Ini adalah sebuah harga tertinggi yang pernah dibayarkan untuk buku ilmiah cetak.
Sensus salinan Principia yang dilakukan pada tahun 1953 mengungkapkan 189 buku di 16 negara. Dilansir Live Science, dalam sebuah survei terbaru, para peneliti melacak ratusan buku yang telah lama hilang dan pada akhirnya menemukan total adanya 386 buku di 27 negara.
Para peneliti menyimpulkan bahwa karya ilmiah ini kemungkinan memiliki khalayak yang lebih luas pada publikasi daripada yang diperkirakan. Sensus sebelumnya mengasumsikan cetakan buku sangat kecil, karena mereka berasumsi bahwa sangat sedikit orang yang dapat membaca buku itu.
“Jadi diperkirakan hanya ada sekitar 250 eksemplar yang diterbitkan," ujar penulis utama studi Mordechai Feingold, seorang profesor Sejarah Sains. dan Humaniora di Caltech di Pasadena, California, Amerika Serikat (AS).
Feingold mengatakan para peneliti meyakini bahwa mungkin sebanyak 750 eksemplar telah diterbitkan, yang berarti setidaknya ada 200 atau lebih eksemplar di luar sana.
Hampir satu dekade pencarian
Penyelidikan dimulai hampir satu dekade lalu dengan makalah yang ditulis oleh rekan penulis studi, Andrej Svorenčík. Saat ini dia menjadi peneliti pascadoktoral di Departemen Ekonomi di Universitas Mannheim di Jerman.
Pada saat itu, Svorenčík adalah seorang siswa di Caltech yang sedang mengambil kursus dalam sejarah sains yang diajarkan oleh Feingold. Svorenčík berasal dari Slovakia, dan untuk makalahnya, ia berharap dapat mengidentifikasi salinan Principia di Eropa Tengah.
Svorenčík dilaporkan terkejut menemukan banyak salinan yang belum dimasukkan dalam sensus 1953. Feingold menyarankan agar mereka memulai survei baru untuk mengoreksi jumlah yang sudah ketinggalan zaman.
Pada 2012 dan 2013, para peneliti mencari petunjuk tentang salinan Principia, serta menyisir catatan, mencari data perpustakaan, hingga menelepon perpustakaan untuk mengonfirmasi bahwa buku memang merupakan edisi pertama.
Satu salinan yang dilacak ke lelang ternyata telah dicuri dari perpustakaan, yang segera diberitahukan Feingold dan Svorenčík. Perwakilan perpustakaan menghubungi balai lelang dan beberapa negosiasi berlangsung. Perpustakaan kemudian menerima sejumlah kompensasi karena buku itu kembali dilelang tahun berikutnya.
Meskipun para peneliti menemukan hampir 400 eksemplar buku tersebut, ratusan lagi kemungkinan menunggu untuk ditemukan. Beberapa catatan didokumentasikan ketika Newton mengirim buku ke seorang rekan, tetapi jejaknya kemudian tak diketahui.
Demikian pula halnya dengan buku yang dikirim ke ahli matematika dan fisikawan Belanda terkenal yaitu Christiaan Huygens, yang salinannya masih hilang. Selain salinan perpustakaan yang masih terhitung jumlahnya, banyak buku juga diketahui berada dalam koleksi pribadi.
"Itu yang paling sulit dilacak, karena kebanyakan kolektor adalah perorangan yang tidak ingin namanya disebut atau dikenal. Kami berharap dengan meyakinkan mereka melalui sensus ini bahwa identitas mereka akan dirahasiakan, mereka akan menghubungi kami,” jelas Feingold.
Feingold mengatakan menemukan ratusan salinan Principia yang hilang dapat membantu para peneliti menyimpulkan bagaimana buku itu diterima di lingkungan ilmiah di seluruh Eropa. Satu cerita tidak biasa yang mereka temukan berasal dari salinan yang sebelumnya tidak diketahui telah dikirim ke seorang ahli matematika asal Jerman bernama Gottfried Leibniz.
Setelah publikasi Principia, Leibniz menulis beberapa makalah yang menyangkal karya Newton dan mengklaim bahwa melakukannya tanpa pernah membaca Principia. Tetapi penemuan Feingold dan Svorenčík menunjukkan bahwa filsuf itu tidak jujur.
"Setelah menemukan salinan buku itu dan beberapa makalahnya, tampaknya dia benar-benar membaca buku itu. Ini adalah contoh bagaimana menelusuri kepemilikan dan makalah terkait dapat memberi tahu Anda banyak hal tentang sejarah sains, dan sejarah hubungan antara pesaing,” kata Feingold.